MAKASSAR – Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Hasanuddin menunjukkan komitmen mendorong ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan dengan berpartisipasi dalam Sustainable Circular Economy Forum yang digelar Kementerian PPN/Bappenas, Rabu (19/11/2025).
Pada forum tersebut, AFT Hasanuddin bersama Badan Gizi Nasional (BGN) memamerkan inovasi pemanfaatan limbah organik menjadi pakan alternatif bebek petelur sebagai bagian dari implementasi ekonomi sirkular di tingkat komunitas.
AFT Hasanuddin merupakan penyedia BBMP pertama dan satu-satunya di Indonesia yang bermitra resmi dengan BGN dalam mengelola limbah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Inovasi ini tak hanya menekan volume limbah ke TPA, tetapi juga meningkatkan produktivitas Kelompok Ternak Laleng Kessie binaan Pertamina di Desa Baji Mangngai, Kabupaten Maros.
Selain menjadi pakan ternak, limbah organik dari dapur SPPG yang tidak dapat dikonsumsi bebek diolah menjadi pakan maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF), sumber protein ramah lingkungan bagi bebek petelur. Metode ini terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ternak sekaligus menekan biaya pakan secara signifikan.
Produktivitas Naik, Limbah Tertangani
Melalui booth pameran, AFT Hasanuddin menampilkan hasil implementasi Program Agrokompleks Hasanuddin yang memanfaatkan limbah organik dari dapur SPPG dan rumah tangga di Desa Baji Mangngai. Limbah tersebut diolah menjadi pakan berkualitas bagi bebek petelur dan memberikan dampak nyata bagi para peternak.
Program ini mencatat sejumlah capaian, antara lain:
Efisiensi biaya pakan hingga 75 persen,
Peningkatan produktivitas bebek petelur,
Pemanfaatan 8,1 ton sampah organik periode Juni–Oktober 2025,
Kontribusi penurunan emisi sekitar 0,5 ton CO₂e per tahun.
Mendapat Apresiasi Gubernur Sulsel
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, turut mengapresiasi inovasi yang dilakukan AFT Hasanuddin.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pertamina karena telah mendukung pengembangan kelompok masyarakat binaan, terutama dalam mendukung Program Asta Cita Presiden Prabowo melalui pemanfaatan limbah MBG sebagai pakan alternatif bebek petelur. Program ini tidak hanya meningkatkan pendapatan peternak, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana limbah dapat kembali bernilai ekonomi,” ujarnya.
Ia juga menilai inovasi pengelolaan limbah tersebut memiliki potensi untuk diperluas ke berbagai desa di Sulawesi Selatan sebagai langkah pengurangan sampah organik sekaligus penguatan ketahanan pangan daerah.
Komitmen Bangun Ekosistem Berkelanjutan
AFT Manager Hasanuddin, Andreas Yanuar Arinawan, menegaskan bahwa program ini selaras dengan pilar Environment dan Social Responsibility dalam Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) Pertamina Patra Niaga.
“Program ini kami kembangkan agar masyarakat tidak hanya menerima bantuan, tetapi mampu membangun sistem produksi yang mandiri dan bernilai ekonomi. Pemanfaatan limbah menjadi sumber daya baru telah menunjukkan hasil konkret bagi peternak, kelompok perempuan, maupun lingkungan,” jelasnya.
Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah III BGN, Enny Indarti, S.STP., M.Si., menyampaikan bahwa keberhasilan kolaborasi ini memiliki replicability potential dan dapat diterapkan di wilayah lain, terutama daerah yang memiliki potensi peternakan unggas dan sumber limbah organik besar.
Berkontribusi pada SDGs
Program kolaboratif Pertamina dan BGN ini berkontribusi pada sejumlah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya:
SDG 2: Tanpa Kelaparan, melalui peningkatan ketersediaan pakan dan produktivitas pangan lokal;
SDG 5: Kesetaraan Gender, lewat pelibatan kelompok perempuan dalam rantai produksi;
SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, melalui pengelolaan limbah dan pengurangan dampak lingkungan.
Pertamina Patra Niaga menyatakan akan terus memperluas inovasi berbasis ekonomi sirkular guna mendorong ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan di seluruh wilayah operasional.
