Cerita Warga Seko, Pulangkan Jenazah Anak ke Kampung Lewati Medan Sulit Penuh Dramatis



LUWU UTARA - Alden (7) warga Desa Padang Balua, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, meninggal di rumah sakit umum pusat (RSUP) Wahidin Sudirohusodo Makassar karena menderita penyakit Leukemia selama 3 tahun. Proses pemulangan jenazah ke kampung halamannya penuh dramatis karena harus ditandu melewati medan berlumpur yang cukup jauh.


Sekretaris Desa (Sekdes) Padang Balua, Bonar Suito mengatakan mereka berduka atas meninggalnya warga Seko dan harus diusung memakai tandu untuk dipulangkan ke desanya dari Masamba Ibukota Kabupaten Luwu Utara menuju Desa Padang Balua.


“Kami harus melewati jalan yang tidak layak dilewati namun itulah kami masyarakat Seko harus melakukan apa yang bisa kami lakukan agar warga kami bisa tiba di kampung halaman untuk dimakamkan,” kata Bonar saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Rabu (19/3/2025) malam.


Bonar menceritakan bahwa anak bernama Alden tersebut awalnya sekitar 3 tahun yang lalu diagnosa oleh dokter jika menderita penyakit leukemia sehingga harus dirujuk untuk berobat ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Masamba.


“Di Masamba sempat menjalani pengobatan namun harus dirujuk ke RSUP Wahidin Makassar. Selama 3 tahun Alden dirawat di RSUP Wahidin, sempat dinyatakan sembuh dan dikembalikan ke kampung,” kata Bonar.


Lanjut Bonar, setelah beberapa bulan di kampung, Alden kembali dirujuk ke RSUP Wahidin Makassar untuk menjalani perawatan medis, namun pada Selasa (18/3/2025) pukul 02.00 Wita dini hari Alden meninggal sehingga dibawa ke Masamba Luwu Utara. Setelah tiba di Masamba keluarga kembali memutuskan untuk dibawa ke kampung dan mengomunikasikan dengan pihak Bandara Andi Djemma Masamba agar bisa diangkut menggunakan pesawat.


“Kami sudah coba mengomunikasikan dengan pihak Bandara namun mereka mengatakan jika pada Rabu (19/3/2025) tidak ada penerbangan untuk kargo dihari itu, yang ada hanya angkutan penumpang,” ucap Bonar.


“Kalau menggunakan pesawat angkutan penumpang biayanya lumayan mahal, sementara keluarga kami ini kehidupannya pas-pasan, tidak dapat membiayai kalau menggunakan pesawat penumpang,” tambah Bonar.


Pihak keluargapun kemudian bersepakat untuk membawa ke Seko melalui jalan darat dari Masamba sekitar pukul 08.00 Wita menggunakan ambulans sampai di Palandoan Kecamatan Seko, karena perjalanan sudah tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.


“Kami mulai mengusung jenazah menggunakan tandu karena jalan sudah tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, roda dua saja sulit sehingga kami harus berjalan melewati medan berlumpur. Warga sudah menjemput kami untuk mengusung jenazah yang dimulai sekitar pukul 11.30 Wita, kami berjalan selama 5 jam sampai di Desa Padang Balua,” ujar Bonar.


Menurut Bonar, saat mengusung tandu mereka harus rela melewati jalan berlumpur dan berkubang, melewati perbukitan, hutan dan terik matahari.


“Hari ini tidak ada hujan jadi sedikit agak bersahabat dengan cuaca melewati medan sulit sekitar 30 kilometer demi warga kami yang meninggal agar segera sampai di rumahnya,” tutur Bonar.


Kondisi jalan yang sudah bertahun-tahun tanpa perbaikan tersebut bahkan usia Indonesia yang memasuki 80 tahun kemerdekaannya warga Seko berharap semoga betul-betul menjadi bagian dari Indonesia yang tidak terpisahkan, mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam pemerataan pembangunan infrastruktur jalan.


“Harapan kami kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten untuk bisa bagaimana sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi bagian kami sebagai masyarakat Indonesia,” harapnya.

   

Previous Post Next Post