Anak dan istri korban
terisak tangis mengantar jenazah korban, bahkan istri korban tak kuasa melihat
peti jenazah saat diberangkatkan keluar dari rumah hingga harus dipegang erat kedua
tanggannya, selain itu keluarga korban sempat jatuh pingsan di depan rumah korban.
Sebelum dimakamkan prosesi
ibadah pelepasan jenazah dilaksanakan yang dipimpin pendeta Yenni.
Ratusan warga, sanak
saudara, keluarga dan kerabat mengantarkan Asri Obed ke peristirahatan
terakhirnya di pemakaman umum terpedo
jaya.
Pendeta Yenni mengatakan
prosesi ibadah pelepasan jenazah almarhum Asri Obed berlangsung dengan baik
sampai di pemakaman.
“Almarhum ini orangnya
baik dan suka humoris, suka menolong, jika ada kegiatan dalam masyarakat dia
selalu hadir,” kata Yenni saat dikonfirmasi usai pemakaman, Kamis (04/5/2023).
Lanjut Yenni, pihaknya
berharap kedepan agar disana ada kedamaian supaya orang-orang yang tak
bertanggung jawab ini menyadari dengan baik bahwa tindakan-tindakan mereka ini
adalah tindakan yang tidak berkenan di hadapan tuhan.
“Kami terus doakan
pemerintah supaya dengan demikian pemerintah mampu mengambil sebuah sikap untuk
membawa kedamaian di bumi Jayapura,” ucap Yenni.
Kepala Desa Terpedo Jaya,
Aris Mursalim mengatakan korban sebenaranya sudah merencanakan untuk kembali ke
kampung pada Rabu (3/5/2023).
Namun, karena belum
dibayar upahnya di tempat bekerja, korban menunda kepulangannya.
“Istrinya mengatakan bahwa
almarhum sedang persiapan untuk kembali ke kampung, cuma yang menjadi kendala
upah atas pekerjaan yang dilakukan selama ini belum dibayarkan oleh yang
mempekerjakan,” kata Aris saat dikonfirmasi, Rabu (3/5/2023) dini hari.
Nahas, pada Minggu
(30/5/2023), korban ditemukan meniggal dunia bersama rekannya. “Hari ini korban
memang berencana balik ke kampong kalau pihak yang mempekerjakan membayar upah
kerjanya di Papua,” ucap Aris.
Kedatangan jenazah korban
di rumah duka membuat orangtua, istri dan anaknya tak kuasa menahan kesedihan.
Bahkan sejumlah keluarga
korban jatuh pingsan. Jenazah buruh bangunan yang diduga menjadi korban
kekejaman KKB ini diberangkatkan dari Makassar Selasa (02/5/2023) siang. Lalu
tiba di rumah duka pada Rabu (03/5/2023) sekitar pukul 01.30 Wita.
Asri Obet meninggalkan
seorang istri dan satu orang anak yang baru berusia 11 tahun. Asri merupakan
tulang punggung keluarga merantau ke Papua sejak 3 tahun lalu.
Kejadian awalnya pada Minggu (30/4/2023) siang, 2 orang
warga ditemukan tewas di Jalan Statistik, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo,
Papua Pegunungan, kedua korban adalah Asri Obet (54) dan Yonatan Arruan (45), mereka
ditemukan oleh masyarakat di rumah milik korban Yonatan Arruan.
"Yonatan Arruan
ditemukan di bagian belakang rumah miliknya, sedangkan korban Asri Obet
ditemukan di bagan kebun belakang rumah, dan keduanya telah terbujur tak
bernyawa dalam keadaan bersimbah darah," ujar Kapolda Papua Irjen Mathius
D Fakhiri, di Jayapura, Minggu.
Fakhiri mengatakan,
pihaknya berusaha mendalami kasus tersebut agar para pelaku bisa segera
diketahui. Namun ia menduga, pelaku pembunuhan merupakan bagian dari Kelompok
Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah tersebut.
"Pelakunya kita duga
adalah simpatisan KKB di Yahukimo," ucapnya.
Sementara itu, Kapolres
Yahukimo AKBP Arief Kristanto mengungkapkan, kedua korban saat ini telah brada
di RSUD Dekai untuk dilakukan visum oleh tim medis, dan diketahui bahwa
keduanya memiliki luka yang cukup parah sehingga menyebabkan kematian. Ia
mengakui, kasus tersebut cukup sulit dipecahkan karena ada beberapa hambatan
yang dihadapi.
"Saat ini kami belum
menemukan saksi-saksi yang mengetahui kejadian penganiayaan tersebut,"
kata Arief.
Namun, lanjut Arief, saat
melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), pihaknya menemukan beberapa bukti
berupa satu pasang sendal jepit warna biru yang sebelah kirinya terdapat bercak
darah, satu buah katapel, satu botol air mineral isi 600 ml dan satu bungkus
kue kemasan.