Di kawasan pesisir Teluk Bone, khususnya di wilayah muara sungai dan perairan payau Kabupaten Luwu, masyarakat nelayan mengenal satu jenis ikan yang kerap tertangkap dengan sebutan ikan bombi. Nama ini telah lama hidup dalam kosakata lokal dan digunakan untuk menyebut ikan yang sering dijumpai di perairan berlumpur, mangrove, serta daerah peralihan antara laut dan sungai.
Ikan bombi bukan sekadar hasil tangkapan, melainkan bagian dari pengetahuan ekologi masyarakat pesisir. Nelayan setempat memahami bahwa ikan ini berbeda dengan kerapu karang atau ikan sunu yang hidup di laut lepas. Ikan bombi dikenal mampu bertahan di lingkungan dengan kadar garam yang berubah-ubah, sebuah kemampuan penting di wilayah Teluk Bone yang memiliki banyak muara sungai.
Adaptasi di Wilayah Muara
Secara ilmiah, ikan bombi dikenal sebagai kerapu muara atau kerapu lumpur, dengan nama latin Epinephelus coioides. Spesies ini termasuk ikan euryhaline, yakni mampu hidup di berbagai tingkat salinitas, mulai dari air laut, air payau, hingga sesekali masuk ke air tawar. Karakter ini menjadikan ikan bombi sebagai penghuni khas kawasan muara, estuaria, dan ekosistem mangrove.
Di Teluk Bone, ikan bombi kerap ditemukan di perairan dangkal dengan dasar berlumpur atau berpasir, tempat mangrove tumbuh dan aliran sungai bermuara ke laut. Kawasan ini menyediakan makanan melimpah sekaligus tempat berlindung, terutama bagi ikan bombi berukuran kecil hingga remaja. Saat dewasa, sebagian individu akan berpindah ke perairan laut yang lebih dalam.
Ciri Fisik dan Perilaku
Dari segi morfologi, ikan bombi memiliki tubuh relatif tebal dan memanjang dengan kepala besar serta mulut lebar, ciri khas kelompok kerapu. Warna tubuhnya cenderung cokelat keabu-abuan dengan pola belang atau totol tidak beraturan. Warna ini menyerupai lumpur dan dasar perairan tempat hidupnya, sehingga berfungsi sebagai kamuflase alami untuk menghindari predator dan memudahkan memangsa ikan kecil atau organisme dasar perairan.
Ikan bombi dikenal sebagai predator penyergap. Ia lebih banyak berdiam di dasar perairan, bersembunyi di balik akar mangrove, lubang lumpur, atau struktur alami lain, lalu menyambar mangsa yang melintas. Sifat ini membuatnya jarang terlihat berenang aktif di perairan terbuka.
Tatanama Ilmiah (Taksonomi)
Secara ilmiah, ikan bombi diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus coioides
Famili Serranidae merupakan kelompok besar ikan kerapu yang tersebar luas di perairan tropis dan subtropis, dengan berbagai spesies yang menempati habitat karang, laut dalam, hingga perairan muara.
Peran bagi Masyarakat Pesisir
Bagi masyarakat pesisir Teluk Bone, ikan bombi memiliki nilai ekonomi menengah dan menjadi bagian dari konsumsi harian nelayan. Meski tidak setinggi nilai ikan sunu atau kerapu karang yang banyak diburu untuk pasar ekspor, ikan bombi tetap penting sebagai sumber protein dan penghidupan nelayan skala kecil.
Lebih dari itu, keberadaan ikan bombi menjadi indikator kesehatan ekosistem muara dan mangrove. Penurunan populasi ikan ini sering kali berkaitan dengan rusaknya kawasan mangrove, pencemaran sungai, atau perubahan tata ruang pesisir. Karena itu, menjaga habitat muara tidak hanya berarti melestarikan lingkungan, tetapi juga mempertahankan sumber penghidupan masyarakat lokal.
Pengetahuan Lokal dan Ilmu Pengetahuan
Penyebutan ikan bombi menunjukkan bagaimana pengetahuan lokal nelayan sejalan dengan ilmu pengetahuan modern. Apa yang oleh masyarakat disebut ikan bombi, oleh ilmu biologi dikenali sebagai Epinephelus coioides. Keduanya merujuk pada ikan yang sama, dengan pemahaman yang lahir dari pengalaman panjang hidup berdampingan dengan alam pesisir Teluk Bone.
Di tengah perubahan lingkungan dan tekanan aktivitas manusia di wilayah pesisir, mengenal ikan bombi berarti juga mengenal pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem muara. Sebab, dari perairan berlumpur dan akar mangrove itulah, kehidupan laut Teluk Bone bermula dan berlanjut.
.jpeg)