LUWU – Pernikahan seorang gadis asal Dusun Salumakarra, Kelurahan Noling, Kecamatan Bua Ponrang (Bupon), Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, mendadak viral dan ramai diperbincangkan di media sosial. Pernikahan ini menarik perhatian publik karena mempertemukan dua insan dari latar belakang benua berbeda, Indonesia dan Afrika.
Pengantin perempuan, Alifah Alidain Nur (29), resmi dipersunting pria asal Sudan, Malik Maluil Jok (32), dalam prosesi akad nikah yang berlangsung khidmat pada Sabtu (20/12/2025) lalu. Sejumlah foto dan video pernikahan tersebut tersebar luas di media sosial dan menyedot perhatian warganet.
Warganet menyoroti perbedaan latar belakang budaya kedua mempelai yang berpadu secara harmonis dalam prosesi pernikahan bernuansa lokal. Dalam akad nikah, Alifah tampil anggun mengenakan busana pengantin bernuansa Islami yang dipadukan dengan adat Tana Luwu. Sementara itu, Malik mengenakan busana formal dengan sentuhan budaya asal Sudan.
Pernikahan lintas negara ini turut menjadi perhatian warga sekitar. Selain karena jarak geografis yang jauh, pernikahan tersebut juga memadukan perbedaan budaya, bahasa, dan latar belakang sosial yang kontras.
Sejumlah warga Dusun Salumakarra mengaku bangga dan terharu menyaksikan pernikahan tersebut. Mereka menilai pernikahan lintas bangsa ini menjadi bukti bahwa perbedaan kebangsaan dan budaya bukanlah penghalang untuk membangun rumah tangga.
“Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami, warga Salumakarra, karena pernikahan ini membawa nama daerah kami hingga dikenal luas,” ujar Rusdin, salah seorang warga setempat.
Selain ramai diperbincangkan, pernikahan ini juga dinilai memiliki nilai sosial dan budaya, terutama dalam memperkenalkan sikap toleransi, keberagaman, serta keterbukaan masyarakat lokal terhadap budaya asing, tanpa meninggalkan nilai agama dan adat setempat.
Usai melangsungkan pernikahan, pasangan suami istri tersebut untuk sementara berada di luar daerah. Keduanya diketahui berada di Kota Makassar untuk mengurus sejumlah keperluan pascapernikahan.
“Iya, kami sekarang berada di Makassar. Kalau soal pernikahan kami, bisa menemui kakak saya,” ujar Alifah saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (22/12/2025).
Alifah diketahui merupakan anak dari pasangan Abdul Rahman Nur dan Wahidah, warga Dusun Salumakarra. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara sekaligus satu-satunya perempuan di dalam keluarga.
Kakak kandung Alifah, Muhammad Muhajjir Nur (35), mengatakan proses menuju pernikahan tersebut telah melalui tahapan yang cukup matang. Komunikasi kami antara kedua keluarga telah terjalin sejak sekitar tiga bulan sebelum akad nikah dilangsungkan.
“Prosesnya itu kurang lebih tiga bulan sebelumnya. Sudah ada komunikasi dari awal, sampai akhirnya ditentukan tanggal 20 Desember untuk pelaksanaan akad nikah,” ucap Muhajjir saat ditemui di kantor KUA Kecamatan Bupon, Senin (22/12/2025) siang.
Muhajjir menuturkan, meskipun adiknya merupakan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga, seluruh anggota keluarga memberikan dukungan penuh terhadap keputusan Alifah untuk menikah.
“Kami selalu mendukung apa yang menjadi keputusan adik, karena dia juga bukan anak kecil lagi,” tuturnya.
Ia menjelaskan, Alifah memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman internasional. Alifah sempat mengajar sebagai dosen di UIN Palopo meskipun hanya beberapa bulan, serta pernah mengajar di Mesir sebelum akhirnya menikah.
Terkait prosesi pernikahan, Muhajjir menegaskan bahwa seluruh rangkaian acara tetap mengikuti syariat Islam serta adat yang berlaku di Tana Luwu, termasuk penerapan uang panai.
“Proses nikahnya sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat agama. Pakai uang panai juga, tapi kalau besarnya itu mama yang tahu,” ungkapnya sambil tersenyum.
Adapun proses perkenalan kedua mempelai bermula dari informasi teman dan berlanjut melalui komunikasi intens, terutama melalui media sosial. Kendala bahasa, menurut Muhajjir, tidak menjadi persoalan berarti.
“Soal kendala bahasa, saya rasa tidak ada. Adik saya fasih berbahasa Arab dan juga bisa bahasa Inggris. Suaminya sehari-hari menggunakan bahasa Inggris,” jelasnya.
Muhajjir menambahkan, Malik memiliki latar belakang sebagai atlet basket profesional. Ia pernah bermain di sejumlah negara di Eropa dan Amerika sebelum akhirnya memutuskan pensiun dari dunia olahraga.
“Dulunya dia atlet basket, sempat main di beberapa negara di Eropa dan juga di Amerika,” terangnya.
Terkait rencana tempat tinggal pasangan tersebut setelah menikah, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada kedua mempelai.
“Dimanapun mereka tinggal, selama mereka bahagia, kami sebagai keluarga juga bahagia,” kata Muhajjir.
Muhajir mengakui, kekhawatiran sempat muncul di awal, terutama karena pernikahan ini melibatkan perbedaan latar belakang negara dan budaya. Namun, seiring berjalannya waktu dan proses yang transparan, kekhawatiran tersebut berangsur hilang.
“Awalnya saya sebagai kakaknya mengecek betul tidaknya, memastikan semuanya jelas. Tapi sebelum akad nikah, kekhawatiran itu sudah hilang karena kami memang sudah mengharapkan pernikahan ini,” katanya.
Menurut Muhajjir, nilai paling utama yang dijaga dalam pernikahan lintas budaya tersebut adalah kesamaan agama.
“Yang paling penting bagi kami sebagai orang Luwu adalah agamanya. Malik ini Islam sejak kecil. Bahkan ayahnya adalah guru besar ilmu agama, pernah mengajar di Al-Azhar, Eropa, dan Amerika,” ujarnya.
Muhajir menilai adat dan agama dalam pernikahan ini justru berjalan seiring dan saling melengkapi.
“Adat dan agama itu tidak pernah saling bertolak belakang. Keduanya sejajar, dan itulah yang kami rasakan dalam pernikahan ini,” imbuhnya.
Ia pun berharap pernikahan sang adik dapat menjadi inspirasi bagi pasangan lain yang mungkin masih ragu menjalani pernikahan lintas budaya.
“Mudah-mudahan pernikahan ini bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi yang lain agar tidak ragu atau takut,” ucapnya.
Muhajjir menambahkan, prosesi lamaran sebelumnya dilakukan secara tertutup dan sederhana, hanya melibatkan keluarga inti kedua belah pihak melalui sambungan video call.
“Waktu pelamaran dulu sifatnya privat. Saat pernikahan barulah kami mengundang, sehingga banyak yang mengetahui,” pungkasnya.
