JAKARTA - Penyedia identitas digital dan pencegahan penipuan, VIDA, menegaskan komitmennya memperkuat keamanan data dan kepercayaan digital nasional di tengah pesatnya digitalisasi layanan publik, termasuk sektor kesehatan.
Komitmen tersebut disampaikan dalam ajang National Cybersecurity Connect 2025, di mana VIDA menyoroti pentingnya kolaborasi antara regulator, industri, dan penyedia teknologi untuk membangun sistem keamanan siber yang adaptif dan tepercaya di era kecerdasan buatan (AI).
Founder dan Group CEO VIDA, Niki Luhur, mengatakan, kehadiran AI menuntut pendekatan baru dalam menjaga kepercayaan digital.
“AI bisa menciptakan ‘realitas palsu’ yang semakin sulit dibedakan. Karena itu, identitas digital yang tervalidasi menjadi fondasi kepercayaan baru. VIDA hadir untuk membangun trust by design, mulai dari identitas hingga transaksi, memastikan setiap interaksi digital aman dan terpercaya dari ancaman AI,” ujar Niki di Jakarta, Senin (11/11/2025).
Ancaman AI dan Lonjakan Kasus Penipuan Digital
Transformasi digital di bidang kesehatan kini menjadi prioritas global. Berdasarkan data WHO (2023), lebih dari 60 persen negara telah mengintegrasikan strategi digitalisasi layanan kesehatan ke dalam kebijakan nasional. Di Indonesia, integrasi data pasien secara real-time tengah berlangsung seiring agenda digitalisasi layanan publik.
Namun, di sisi lain, kemajuan digital juga membuka peluang baru bagi penyalahgunaan data pribadi. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2024) mencatat, kerugian akibat penipuan berbasis sosial dan kode OTP mencapai lebih dari Rp 2,5 triliun. Sementara itu, VIDA Fraud Intelligence Report 2025 mengungkap 97 persen organisasi di Indonesia pernah menjadi target serangan social engineering.
Dalam konteks ini, muncul fenomena generative fraud, ketika teknologi AI digunakan untuk membuat identitas atau dokumen palsu yang menyerupai aslinya. Kasus deepfake di kawasan Asia Pasifik bahkan meningkat 1.550 persen dalam dua tahun terakhir (2022–2023), dengan modus seperti voice cloning dan video impersonation untuk menyamar sebagai tenaga medis atau pejabat kesehatan.
Bangun Kepercayaan Digital di Layanan Kesehatan
Melihat tren tersebut, VIDA memosisikan diri sebagai mitra strategis kepercayaan digital (digital trust enabler) untuk memastikan hanya individu berwenang yang dapat mengakses data medis yang sah, kapan pun dan di mana pun.
Chief Operating Officer VIDA, Victor Indajang, menjelaskan bahwa tanda tangan digital bukan hanya alat kepatuhan, tetapi menjadi infrastruktur penting bagi lintas industri, termasuk sektor kesehatan.
“VIDA memosisikan digital signature bukan sekadar alat kepatuhan, tetapi sebagai infrastruktur kepercayaan. Kami menjamin identitas, otorisasi, dan audit trail di seluruh ekosistem digital—mulai dari pendaftaran pasien, persetujuan tindakan medis, hingga klaim asuransi,” kata Victor.
“Kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan proses yang lebih cepat, akurat, dan bebas penipuan, guna memperkuat kepercayaan publik pada transformasi digital.”
Solusi AI untuk Deteksi Penipuan
Sementara itu, Ahmad Taufik, SVP Product and Certificate Authority VIDA, menuturkan bahwa teknologi AI bisa menjadi pedang bermata dua.
“AI di satu sisi mendorong inovasi, tetapi di sisi lain juga membuka celah baru untuk penipuan. Dengan solusi seperti Deepfake Shield dan Fraud Scanner, VIDA mampu mendeteksi manipulasi visual dan audio berbasis AI serta melindungi lembaga keuangan dan sektor kesehatan dari ancaman tersebut,” ujar Ahmad.
VIDA juga aktif bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), OJK, Bank Indonesia, serta berbagai industri strategis seperti perbankan, fintech, dan kesehatan. Kolaborasi ini bertujuan membangun Digital Trust Layer, yaitu kerangka kerja kepercayaan digital nasional yang memastikan pertukaran data antar sistem berjalan aman, terverifikasi, dan transparan.
.jpeg)