PALOPO - Andi Alquais (21) mahasiswa korban pemukulan di sekretariatnya di jalan Yogi S Memed, Kelurahan Songka, Kota Palopo, pada Senin (24/11/2025) sekitar pukul 21.30 Wita mengalami luka serius setelah diduga dikeroyok oleh tetangganya berinisial AY bersama beberapa rekannya, hanya karena aktivitas belajar dan pengajian mahasiswa dianggap menimbulkan kegaduhan.
Saat itu Andi Alquais duduk di teras sekretariat bersama temannya sambil bermain telepon genggam. Sekretariat tersebut sehari-hari digunakan untuk kegiatan belajar, diskusi, pembinaan mahasiswa, hingga kegiatan sosial. Namun, aktivitas itu disebut kerap dipermasalahkan oleh AY.
Padahal menurut warga, jarak antara rumah pelaku dan sekretariat sekitar 20–25 meter, sementara tetangga lain yang tinggal lebih dekat bahkan hanya berjarak satu meter justru tidak pernah merasa keberatan.
Sekitar pukul 21.10, pelaku AY tiba-tiba mendatangi teras sekretariat dan bertanya dengan nada tinggi, “Siapa yang bertanggung jawab di rumah ini?” seperti ditirukan rekan korban, Muhammad Teguh. Andi Alquais kemudian menjawab dengan sopan bahwa dialah yang bertanggung jawab atas sekretariat tersebut. Namun sebelum ucapannya selesai, AY langsung menampar wajah Andi Alquais.
“Mengapa langsung main fisik, Om? Bukankah dapat dibicarakan baik-baik?” tanya Andi Alquais saat kejadian. Pelaku hanya membalas bahwa ia telah berkali-kali memperingatkan mahasiswa atas aktivitas yang dianggap mengganggu.
Tak lama berselang, menurut kesaksian Teguh, saat berbicara di hadapan media, Rabu, 26 November 2025, pelaku memanggil beberapa rekannya dan menyeret AA ke dalam sekretariat. Di dalam ruangan, pengeroyokan terjadi hingga menyebabkan rahang AA patah dan darah berceceran dari mulutnya.
Rekan korban lainnya, Muh. Fiki Pratama, mengungkap pelaku bahkan mengancam mahasiswa lain yang mencoba membantu.
“Jika kalian berani melapor, bersiaplah hancur di sini,” ancam AY saat itu.
Para saksi menduga para pelaku dalam kondisi mabuk karena tercium bau minuman beralkohol dari tubuh mereka.
Andi Alquais yang mengalami luka cukup parah kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Mega Buana Palopo untuk mendapat perawatan intensif.
Sementara itu, sejumlah warga di sekitar lokasi justru membantah bahwa aktivitas mahasiswa di sekretariat selama ini mengganggu lingkungan. Mereka menilai para mahasiswa sering membantu warga dalam berbagai kegiatan sosial.
“Mahasiswa yang berkumpul di sini justru kerap membantu kami. Kami tidak pernah merasa terganggu,” ujar salah seorang warga.
Menurut warga lainnya, keberadaan mahasiswa membuat lingkungan lebih hidup dan tertib. Hanya pelaku AY yang kerap mempersoalkan keberadaan mereka.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan lanjutan terkait penanganan polisi atas kasus pengeroyokan tersebut. Warga dan rekan korban berharap pelaku dapat ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Palopo, Iptu Sahrir, menjelaskan bahwa kasus ini berawal dari teguran pelaku terhadap aktivitas korban dan teman-temannya yang sering berkumpul hingga larut malam di rumah korban.
“Pelaku merasa terganggu dengan aktivitas korban bersama rekan-rekannya yang sering beraktivitas hingga malam hari. Teguran pelaku tidak diterima oleh korban sehingga terjadi cekcok, dan pelaku memukul bagian rahang korban,” ujar Sahrir, Selasa (25/11/2025).
Pukulan tersebut menyebabkan pergeseran pada rahang korban. Setelah kejadian, korban dibawa oleh rekan-rekannya ke RS Mega Buana untuk mendapatkan perawatan medis.
Sahrir menjelaskan, setelah menerima laporan, personel Polsek Wara Selatan bergerak cepat ke lokasi kejadian dan mengamankan pelaku.
“Pelaku sudah kami amankan. Kami juga sudah mengecek kondisi korban di rumah sakit dan mengarahkan keluarga untuk membuat laporan resmi,” ujarnya.
Kasus ini selanjutnya ditangani oleh Polres Palopo. Pelaku dijemput oleh Pawas IPDA Susanto bersama piket fungsi untuk diamankan ke Mapolres.
Menurut informasi yang dihimpun penyidik, rumah korban sering dijadikan sekretariat organisasi mahasiswa Fakultas Pertambangan Universitas Andi Djemma. Aktivitas tersebut kerap berlangsung hingga larut malam sehingga memicu ketegangan dengan warga sekitar.
“Untuk proses hukum, pelaku akan kami periksa lebih lanjut sesuai prosedur,” kata Sahrir.
