JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bersama Save the Children Indonesia berkolaborasi menyelenggarakan acara yang bertajuk “Satu Hari Bermain Bersama Anak”. Acara ini merupakan rangkaian dari Hari Anak Nasional Tahun 2024 yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2024. Tak hanya itu, acara ini juga menjadi momentum penting bagi kedua belah pihak untuk mencanangkan rangkaian kampanye nasional Aksi Generasi Iklim di delapan Provinsi.
Laporan global Save the Children ”Born
into the Climate Crisis” pada September 2021 menjelaskan bahwa krisis iklim
secara global membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak saat ini.
Anak-anak yang lahir tahun 2020 akan menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman
banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan serta 3
kali lebih banyak gagal panen. Lebih buruk lagi, dampak krisis iklim ini
membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang. Untuk itu,
upaya bersama dari semua pihak dalam mengatasi dampak iklim perlu dilakukan, termasuk
memastikan kesadaran, pemahaman dan partisipasi aktif anak-anak melalui
berbagai aksi nyata.
“Satu Hari
Bermain Bersama Anak”, akan dihadiri sebanyak 500 peserta yang terdiri dari
anak-anak, perwakilan kementerian lembaga, para mitra pembangunan terkait, dan media.
Beragam informasi, edukasi mengenai
dampak krisis iklim pada anak dan aksi adaptasi iklim ditampilkan dengan cara
yang mendidik dan menyenangkan (edutainment) dan mudah dipahami melalui seni budaya,
permainan dan pertunjukan yang bertema resiliensi terhadap krisis iklim. Pesan suara anak terkait urgensi dampak krisis
iklim dan tindakan yang harus segera dilakukan juga akan disampaikan secara
langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
“Kemenko PMK berkomitmen untuk memastikan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian kebijakan maupun program kementerian/lembaga di bawah koordinasi
Kemenko PMK untuk mendukung Aksi Generasi Iklim yang menyertakan anak tidak
hanya sebagai objek, melainkan subjek
dan agent of change dari aksi tersebut. Kompleksitas isu perubahan iklim
yang berdampak kepada anak juga harus mendorong peran serta seluruh pihak dan
menguatkan komitmen kita bersama, bahkan anak dan orang muda untuk melakukan
berbagai aksi nyata,” kata Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Pencanangan rangkaian kampanye
nasional Aksi Generasi Iklim di delapan provinsi bertujuan memperkuat partisipasi anak dan peran serta
multi-pihak untuk terlibat pada gerakan membangun resiliensi untuk dan bersama
anak dalam merespons dampak krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak. Rangkaian
atau Reli Nasional akan berlangsung di Provinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, Bali, dan DI Yogyakarta. Seluruh
rangkaian kegiatan akan melibatkan kelompok anak dan orang muda yang tergabung
dalam Child Campaigner Save the Children Indonesia di 8 Provinsi.
“Keterlibatan
anak-anak dan orang muda dalam mengatasi
krisis iklim sangat dibutuhkan. Banyak dari mereka belum menyadari dampak krisis iklim pada
kehidupan mereka sekarang dan di masa depan. Oleh karena itu, sangat penting
menempatkan anak-anak dan orang muda sebagai aktor utama, sehingga mereka dapat
menginspirasi dan mempengaruhi sesama generasinya untuk mitigasi krisis iklim
dan adaptasi dengan lingkungan baru. Kegiatan
hari ini menjadi momentum terbaik untuk mengedukasi krisis iklim anak-anak
dan orang muda dan pentingnya berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dalam koridor kerja sama dengan pemangku kepentingan dan
pihak lainnya,” Jelas Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Chilren
Indonesia
Pesan dan dukungan yang serupa juga disampaikan oleh dua Menteri melalui Sambutan daring diantaranya yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Bintang Puspayoga menguatkan bahwa anak-anak termasuk kelompok rentan yang menghadapi tantangan dari dampak perubahan Iklim di Indonesia, penting untuk berfokus pada meningkatkan resiliensi anak dengan melibatkan mereka dalam aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
"Termasuk mengintegrasikan dan mempertimbangkan peran anak dan kelompok rentan lainnya dalam kebijakan nasional maupun daerah, terutama bagi anak-anak yang tinggal di daerah rawan bencana. Peluncuran Rally Kampanye Aksi Generasi Iklim di delapan Provinsi menjadi momen bersejarah dalam memperjuangkan hak-hak anak,” ucap Bintang Puspayoga.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan pesan bahwa program Kementerian Kesehatan dalam penguatan peran serta masyarakat termasuk anak-anak dalam mengurangi risiko dampak buruk perubahan iklim, mendorong peran anak-anak untuk dapat berkontribusi dengan cara sederhana seperti mengehmat air, mengurangi penggunaan plastik dan menjaga lingkungan kesehatan, membangung resisliensi kesehatan ditengan tantangan perubahan iklim.
"Krisis iklim telah memperburuk situasi hak-hak anak di Indonesia. Tantangan pada hak kesehatan anak semakin meningkat dengan maraknya kasus diare, pneumonia, dan demam berdarah dengue, serta pemenuhan nutrisi anak yang terhalang akibat kekeringan dan gagal panen. Hak anak atas pendidikan juga terancam terganggu dalam situasi kekeringan ataupun anomali cuaca yang tidak menentu seperti hujan deras yang mengakibatkan banjir dan longsor sehingga akses jalan terputus, membuat anak-anak terancam tidak bisa ke sekolah serta kehilangan hak belajarnya," ujar Budi Gunadi Sadikin.
"Krisis iklim juga menyebabkan kesulitan ekonomi keluarga yang berdampak langsung pada terganggunya hak-hak anak. Dampak krisis iklim pada anak sudah dirasakan secara nyata saat ini. Seluruh pihak tidak bisa menunda respon lagi untuk bersama anak-anak melewati krisis iklim," tambah Budi Gunadi Sadikin