OPINI : Menggantung Megaphone

Penulis : MUHAMMAD JAYA. S.Pi
Aktivis Literasi Palopo.


Mahasiswa merupakan komponen gerakan yang tak terpisahkan oleh negara, gerakan idealisme mahasiswa menjadi ruh dalam melakukan kritikal analitik bagi bangsa,sepakterjangnya dalam kontruksi pemikiran selalu tumbuh dan tak jarang pula pengaruh mahasiswa terang dalam menentukan arah kebijakan pemerintah.

Lihat saja pengaruh mahasiswa, sejarah yang tak dapat di lupakan tak dapat di pandang sebelah mata. benang merah dari semangat pemuda yang dikenal dengan joung java,joung ambon,joung selebes sampai pada era mahasiswa angkatan 98, terlahir para pemikir,tokoh gerakan dan berpengaruh pada tatan masyarakat.tentu siklus gerakan dari era pemuda hingga angkatan 98 mengalami evolusi gerakan dikarenakan tantangan yang berbeda dalam menyikapi persoalan dan problematika kebijakan, namun benang merah yang dapat di tarik dari kejadian itu adalah nila idelisme dan politik yang di bangun kaum muda untuk turut aktif dalam menata kebijakan bangsa indonesia.

Evolisi gerakan terjadi di era pemuda joung java gerakan dan perlawanan yang dilakukan dengan cara fisik sehingga tak jarang tedapat banyak korban yang berjatuhan, sementara era angkatan 98  kontrol massa yang terukur membuat gerakan mahasiswa saat itu sangat massif dan sangat berpengaruh di tegah publik .untuk menyampaikan issu nasional bahkan hingga terlihat di mata internasional. Perubahan gaya gerakan di era 98 melakukan kontrol massa sehingga informasi cepat tersalurkan ke penjuru daerah, sehingga mahasiswa tak dapat diremehkan pada masa itu sebagai sosial kontrol kebijkan publik dan membawa pengaruh besar di ruang publik.

Corong kebenaran dan aksi massa keluar dari moncong meghapone,alat yang tentu lekat dengan mahasisswa dan benar-benar menjadi power yang menakutkan bagi penguasa.mahasiswa sebagai agen of change, sosial control menjadi salah satu kekuatan bagi suara publik untuk masyarakat.gerakan mahasiswa mampu membendung otoreterian penguasan bahkan mahasiswa mencatat dalam sejarah bahwa aksinya dapat menghentikan rezim otoriter.

Suara kebenaran selalu keluar dari ujung meghapone dimana menjadi senjata pamungkas bagi mahasiswa untuk meneriakan keadilan,memerdekakan kaum tertindas,senjata itulah yang digunakan dalam menyampaikan nalar kritis mereka.mahasiswa tak menggunakan senjata pembunuh massal,pentungan dan bahkan senjata laras panjang dalam membela orang-orang kecil dimana kebijakan yang tak pro kepada kaum kecil.menghapone identik dengan mahasiswa menjadikan alat untuk bersuara lantanng atas penindasan, tak jarang penguasa risih,geram bahkan takut jika sirine meghapone mengaung di era kekuasaan mereka.

Sisi akademis tentu poin pokok bagi mahasiswa pada lingkup kampus agar kelak mendapat IPK yang baik dan lulus dengan cum laud, mengukuti rutinitas perkuliahan sebagai masyarakat kampus tentu menjadi kebanggan tersendiri, namun bagi mahasiswa yang memilih menjadi aktivis maka dia akan akrap dengan meghapone kerena mebenturkan pemikiran, gagasan serta kritikakannya terhadap ketimpangan dan kesewenagan adalah mengkampuskan pemikirannya mengelurkan ekpresinya sebagai nalar kritis yang dimiliki.

 Dialektis yang di buangun tentu mengupayakan berdasrkan pemahaman keilmuan dan daya nalar analisis yang kuat dalam menyampaikan aspirasi sehingga argumentasi yang lahir kuat berbasis data dan akurat begitulah roh mahasiswa. Beban mahasiswa saat ini tentu berat akibat catatan sejarah perjuangan mahasiswa bahkan tak jarang mendapatkan intimidasi,ancaman jika mengaungkan suarannya melalui megaphone bahkan penculikan dan pembunuhan.

Aktivis sebagai gelar yang dimiliki seorang mahasiswa sangat lekat dengan meghapone,pengkritik kebijakan,orator publik,pengarah gerakan aktor lapangan bahkan sangar jika menyampaikan suara kebenaranya.hingga mahasiswa yang banyak menjadi aktivis terkadang aktif di berbagai organisasi untuk mengembangkan dirinya serta mengasah nalar kritisnya.terkadang aktivis memiliki sisi kelemahan dimana lupa akan masa kuliah di kampus mengakibatkan nilai akademisnya anjlok.tentu menjadi aktivis sulit namun disisi lain aktivislah yang berani menyuarakan kebenaran, menyuarakan keadilan, menyampaikan kritikan,membagun rasa optimisme perjuangan, rasa empati atas ketertindasan dan membuat perubahan yang selalu di kumandangkan melalui meghapone.

Mahasiswa dengan budaya membaca,menulis,akrab terhadap forum diskusi, forum ke ilmuan, melakukan pertemuan kelembagaan antar kampus.melakukan kajian menjadi rutinitas mahasiswa sebagai pengembangan khasana pemikiran. dapat di temukan di emparan kampus,lingkup kampus,taman kota,pelataran masjid,pelataran gereja.pondok belajar  melahirkan para mahasiswa kritis sebagai aktor suara publik.

Kini terjadi siklus evolusi mahasiswa, kekinian mahasiswa lebih nyaman berdiskusi di coffee shop,melakukan kegiatan di cafe,terlihat elegan,melakukan aktifitas popurlitas,dinding sosmed penuh gambar layaknya calon legislatif.hanyut dalam era digital yang instan,di nina bobokan oleh trend masa kini,mahasiswa lebih ramai di malam hari di sudut cafe kota.ikut meramaikan demontrasi pada hari momentum saja. tak ada lagi kajian analisa kebijakan terhadap pemerintah, tak ada lagi analisa kasus..tak ada lagi benturan argumentasi pemikiran di kampus-kampus bahkan di taman kota, bahkan tak ada aungan megaphone lagi dalam  pengawalan kasus di tengah masyarakat.

Mahasiswa menjadi apatis,mengejar karir,tak menjadi agent of change, sosial control iron stok dan lain-lain, mungkinkah ada keterputusan pemikiran atau hilangnya daya nalar kritis mahasiswa akibat covid 19 dari belajar online.tantangan mahasiswa harus meraka pecahkan sehingga fungsi mahasiswa yang selalu di dengungkan dapat terserap pada diri tiap mahasiswa.lebih memahami jati diri sebagai mahasiswa, membangun budaya literasi,budaya membaca,melakukan kajian ruang publik dan semacamnya.jika tidak maka gerakan mahasiswa akan melemah bahkan mati.jika itu terjadi tak akan terdengar lagi suara kebenaran dari moncong megaphone, tak ada lagi nyanyian kritis dari mulut megaphone,tak ada lagi demontrasi pembaharuan dari pengontrol sosial.

Megaphone akan menjadi benda antik yang siap digantung sejajar dengan almamater yang tak akan digunakan lagi sebagai pembawa perubahan, sebagai lantunan keadilan,sebagai sumber titah perjuangan ketika mahasiswa telah koma dari nalar kritisnya saat itu megaphone tergantung.

 

 

 

Previous Post Next Post