Kembang Kempis Usaha Jual Bendera di Palopo Jelang Hari Kemerdekaan, Berkontribusi Mewarnai Kota tapi Kurang Laris

PALOPO - Suka duka dirasakan sejumlah pedagang bendera di kota Palopo, Sulawesi Selatan, ada yang bahagia ada pula yang bersedih, bagaimana tidak, kebanyakan dari mereka adalah masyarakat yang berasal dari luar Kota Palopo, dengan modal nekat dan dana yang seadanya mereka gunakan sebagai modal dan ongkos untuk berjualan bendera di kota yang diberi julukan Kota Idaman.

Ade (38) warga asal Garut, Jawa Barat ini nekat datang di Kota Palopo demi mencari rejeki guna memenuhi kebutuhan keluarga dengan menjual bendera jelang 17 Agustus hari Kemerdekaan. Lokasi penjualan di jalan Andi Djemma, Kecamatan Wara Timur.

Selama di Kota Palopo, Ade terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan membentangkan Merah Putih di pinggir jalan yang kini ikut serta dalam menghiasi hari kemerdekaan di Kota Palopo, corak warna warni merah putih nampak semarak berkat penjual bendera.

Duduk di bawah pohon dengan nuansa merah putih, Ade menunggu pembeli, sayangnya tak banyak yang datang membeli barangnya, bahkan tak satupun yang laku  dalam sehari.

"Saya biasa sampai malam disini mas, kadang dapat pembeli kadang juga tidak, biasanya pulang sekitar jam 9 malam karena kalau pulang cepat, bingung juga mau ngapain di kost," kata Ade, Minggu (15/08/2021).

Ade mengatakan tidak banyak penghasilan yang dia dapatkan dari penjualan bendera, bahkan dirinya sampai meminjam uang di bank demi memodali usahanya dan sampai hari ini sejak kedatangannya pada tanggal 13 Juni 2021 yang lalu belum juga mencapai target, bahkan modal yang ia gunakan pun belumlah kembali.

"Saya disini sudah satu bulan mas, saya orang Garut datang kesini untuk menjual bendera 17an karena lagi momennya, tahun ini sangat berbeda mas, pembeli sangat jarang kemarin saja Alhamdulillah saya hanya dapat 70 ribuan, lumayan untuk beli makanan," ucapnya

2 hari jelang perayaan HUT Proklamasi 17 Agustus Ade kini fokus untuk menjual demi ongkos kepulangannya ke kampung halaman di Garut.

"Besok terakhir mas, saya cuma bisa berharap ada banyak pembeli buat ongkos pulang ke kampung dan pakai bayar kost saya 500 ribu di Jl. Haji Hasan," ujar Ade.

Ade dalam meniti hidup memiliki seorang Istri dan satu orang anak, ia memilih menjual bendera tujuh belasan dengan harapan usahanya lebih lancar dan bangkit dari keterpurukan, namun karena situasi pandemi covid-19 usahanya kembang kempis. (Arzad)

Previous Post Next Post