KOLAKA - PT Vale Indonesia Tbk bersama mitra strategisnya, PT Kolaka Nickel Industry (KNI), menerima dua unit autoclave pertama untuk Proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa, Sulawesi Tenggara, Sabtu (13/12). Peralatan ini menjadi komponen utama dalam fasilitas pengolahan nikel yang dikembangkan melalui Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa.
Kedatangan autoclave menandai kemajuan signifikan kesiapan operasional proyek hilirisasi nikel tersebut. Autoclave merupakan inti dari proses HPAL, teknologi pengolahan bijih nikel laterit yang memungkinkan produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Dalam proses HPAL, slurry bijih dipanaskan pada suhu 240–270 derajat Celsius dengan tekanan hingga 5.600 kilopascal, kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk melarutkan nikel dan kobalt. Produk akhirnya berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan baku nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk industri baterai dan energi terbarukan.
Fasilitas HPAL Pomalaa ditargetkan memiliki kapasitas produksi hingga 120.000 ton MHP per tahun. Dengan kapasitas tersebut, proyek ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik, sekaligus meningkatkan nilai tambah komoditas nikel nasional.
Chief Project Officer PT Vale Indonesia, Muhammad Asril, mengatakan kedatangan autoclave menjadi tonggak penting dalam pengembangan proyek. Menurutnya, teknologi HPAL memungkinkan pengolahan bijih laterit kadar rendah menjadi produk bernilai tinggi yang selama ini masih terbatas di dalam negeri.
“Autoclave adalah komponen utama proses HPAL. Kehadirannya menjadi fondasi penting bagi pengembangan fasilitas pengolahan nikel berteknologi tinggi di Pomalaa,” ujar Asril.
Sementara itu, Deputy General Manager PT Kolaka Nickel Industry, Shao Weisheng, menyebut proyek HPAL Pomalaa sebagai langkah strategis dalam memperkuat industri hilir nikel Indonesia. Ia menegaskan komitmen KNI untuk memastikan proyek berjalan sesuai jadwal dengan standar keselamatan dan kualitas yang ketat.
Selain dua unit yang telah tiba, tiga unit autoclave tambahan masih dalam tahap finalisasi jadwal pengiriman. Seluruh unit tersebut akan terintegrasi dalam sistem pengolahan utama fasilitas HPAL Pomalaa.
Proyek HPAL Pomalaa melibatkan sejumlah mitra strategis, antara lain Indonesia Pomalaa Industrial Park (IPIP), Huayou Southern Construction Command, dan MCC20. Proyek ini diharapkan tidak hanya mendorong investasi industri pengolahan mineral, tetapi juga memperkuat struktur industri baterai nasional di tengah meningkatnya permintaan global terhadap kendaraan listrik.
Melalui pengembangan fasilitas HPAL, Indonesia memperluas perannya dari pemasok bahan mentah menjadi produsen produk antara bernilai tambah tinggi, sekaligus meningkatkan daya saing industri nikel nasional di pasar global.
