Menu Kering Setiap Jumat, MBG di Luwu Tetap Jalan dan Angkat Kue Khas Lokal


LUWU - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah di Kabupaten Luwu tetap berjalan seperti biasa. Salah satu pola yang diterapkan adalah penyajian menu kering setiap hari Jumat. Pola ini bukan sekadar pilihan praktis di lapangan, melainkan bagian dari ketentuan program yang ditetapkan dari pusat dan kemudian disesuaikan dengan kondisi daerah.


Meski disajikan dalam bentuk kering, prinsip utama MBG tetap dijaga, yakni pemenuhan gizi bagi peserta didik. Bahan makanan dipilih sesuai pedoman, porsi diatur, dan kandungan gizinya tetap diperhitungkan. Dengan demikian, siswa tetap memperoleh asupan energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas, meski bentuk menunya berbeda dari hari-hari lainnya.


Di Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Buntu Kamiri menjadi salah satu dapur MBG yang konsisten menjalankan pola menu kering setiap Jumat. Menu tersebut kemudian didistribusikan ke sekolah-sekolah yang masuk dalam wilayah layanannya.


Pengelola SPPG Buntu Kamiri menjelaskan, perbedaan hanya terletak pada bentuk penyajian. Mutu dan komposisi gizi tetap menjadi prioritas. Menu disusun agar praktis, aman dikonsumsi, dan tetap bernilai gizi sesuai standar yang telah ditetapkan.


Menariknya, menu kering hari Jumat juga dimanfaatkan untuk mengangkat makanan lokal. Sejumlah kue khas daerah seperti barobbo, doko-doko, lemper, hingga katirisala mulai dilibatkan sebagai bagian dari menu. Kue-kue ini dibuat dari bahan sederhana, tanpa pengawet, dan dikerjakan langsung oleh warga sekitar.


Kue tradisional yang biasanya hanya muncul saat hajatan atau acara keluarga, kini mulai hadir di lingkungan sekolah. Anak-anak pun diperkenalkan dengan jajanan khas daerahnya sendiri, bukan hanya makanan kemasan pabrikan. Orang tua siswa merasa lebih tenang karena mengetahui asal makanan, proses pembuatannya, serta bahan yang digunakan.


Bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di tingkat kampung, keterlibatan dalam program MBG ini membuka peluang ekonomi baru. Adanya pesanan rutin, meski dalam skala terbatas, memberi tambahan penghasilan bagi pembuat kue rumahan, terutama ibu-ibu yang selama ini memproduksi kue secara musiman.


Jika seluruh dapur MBG di Kabupaten Luwu mampu memaksimalkan menu kering setiap Jumat dengan memanfaatkan kue-kue lokal, potensi pergerakan ekonomi warga akan semakin terasa. Kue yang sebelumnya hanya laku pada momen tertentu bisa berubah menjadi pesanan tetap mingguan.


Pelaksanaan MBG dengan pola seperti ini mulai menunjukkan dampak ganda. Di satu sisi, kebutuhan gizi anak tetap terpenuhi. Di sisi lain, roda ekonomi masyarakat, khususnya UMKM kuliner rumahan, ikut bergerak.


Meski demikian, pengelola MBG menegaskan bahwa program ini tetap terbuka terhadap masukan. Saran dari pihak sekolah maupun orang tua siswa akan terus diterima dan menjadi bahan evaluasi. Selama bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak dan memberi manfaat bagi masyarakat, pola pelaksanaan MBG akan terus dirapikan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Previous Post Next Post