TORAJA UTARA – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan,
selama beberapa terakhir menyebabkan tebing setinggi sekitar 100 meter di Dusun
Kata, Lembang Issong Kalua’, Kecamatan Buntao’, Toraja Utara, sulawesi Selatan,
longsor, sejak Rabu (29/10/2025).
Kepala Lembang Issong
Kalua’, Yohanis Sampe Kala’ menyatakan material longsor menimbun lima pondok
yang tengah dipersiapkan masyarakat untuk pelaksanaan upacara adat Rambu Solo’,
sekaligus menutup total jalan penghubung antara Lembang Issong Kalua’ dan
Kelurahan Tallang Sura’.
“Akibat kejadian ini,
aktivitas warga di dua wilayah tersebut lumpuh. Akses keluar masuk desa hanya
bisa ditempuh dengan berjalan kaki melalui jalan setapak di perbukitan,” kata
Yohanis, Jumat (31/10/2025)..
Menurut, Yohanis hujan
dengan intensitas tinggi terus mengguyur wilayahnya sejak tiga hari terakhir.
“Kondisi tanah yang
labil di lereng tebing membuat sebagian struktur tanah runtuh dan menimbun area
di bawahnya,” ucapnya.
Lanjut Yohanis, selain
merusak bangunan persiapan upacara adat, longsor juga menutup akses jalan utama
warga.
“Jalan sempat tertutup
material tanah dan pohon. Kami sudah koordinasi dengan pihak BPBD untuk
membantu pembersihan,” ujarnya.
Yohanis menyebut, warga bersama aparat lembang masih melakukan
pembersihan secara swadaya menggunakan alat sederhana dan bergotong royong
memindahkan kayu dan puing bangunan yang tertimbun lumpur agar bisa
diselamatkan.
Kepala Pelaksana (Kalak)
BPBD Toraja Utara, Alexander Limbong Tiku, mengatakan pihaknya telah menerima
laporan terkait bencana longsor di Lembang Issong Kalua’.
“Tidak ada korban jiwa
dalam peristiwa tersebut, namun kerugian material cukup besar. Ada beberapa
pondok masyarakat rusak, kebun warga juga terdampak, dan akses jalan penghubung
Lembang Issong Kalua’ dengan Kelurahan Tallang Sura’ putus total,” tutur Alexander.
Untuk mempercepat proses
pembersihan, BPBD telah menurunkan satu unit alat berat ke lokasi.
“Kami sedang
melaksanakan tindakan darurat di lokasi longsor. Fokus utama kami adalah
membuka akses jalan dan memastikan jalur evakuasi aman bagi warga,” jelasnya.
Alexander menambahkan, kondisi
cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir berpotensi memicu bencana serupa di
wilayah lain. Ia mengimbau warga yang tinggal di sekitar lereng tebing dan
bantaran sungai agar tetap siaga dan tidak beraktivitas di area rawan longsor.
“Kami sudah mengeluarkan
surat edaran ke seluruh kecamatan untuk diteruskan ke kelurahan dan lembang,
agar masyarakat lebih waspada terhadap potensi tanah longsor, banjir, dan pohon
tumbang,” ujarnya.
Ancaman Bencana
Hidrometeorologi
Toraja Utara dikenal
memiliki topografi pegunungan dengan tingkat kemiringan tinggi. Ketika hujan
deras turun terus-menerus, risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti
longsor dan banjir meningkat drastis.
Data dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa wilayah
pegunungan di Sulawesi Selatan, termasuk Toraja Utara dan Tana Toraja, masih
berpotensi diguyur hujan lebat hingga awal November.
BPBD pun mengingatkan
agar warga segera melapor jika melihat tanda-tanda awal pergerakan tanah,
seperti retakan di jalan atau dinding rumah, kemiringan tiang listrik, serta
aliran air yang tiba-tiba berubah warna menjadi keruh.
“Pencegahan dini sangat
penting. Jangan tunggu bencana terjadi baru bergerak,” tegas Alexander.
BPBD bersama aparat
lembang dan relawan masih terus melakukan pemantauan di lokasi. Upaya
pembersihan jalan diperkirakan memakan waktu beberapa hari ke depan tergantung
pada kondisi cuaca dan kestabilan tebing di sekitar area longsor.
