LUWU UTARA –
Seorang ibu bernama Since (30) yang baru saja melahirkan di Dusun Sepong, Desa
Malimongan, Kecamatan Seko, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terpaksa harus
ditandu menggunakan kayu, terpal dan bambu.
Suami Since, Yohan
Bulangan (48) mengatakan istrinya melahirkan 2 bulan yang lalu namun anaknya
tidak dapat tertolong dan istrinya mengalami sakit. Tenaga medis yang bertugas
di Desa Malimongan meminta Since untuk berobat di rumah sakit umum daerah
(RSUD) Andi Djemma Masamba, Luwu Utara karena ketrebatasan fasilitas dan
obat-obatan.
“Istri saya 2 bulan
setelah melahirkan akan berobat di rumah sakit dan harus ditandu dengan waktu
selama sehari dalam perjalanan, dia sangat menderita karena jalanan yang
dilalui sangat sulit sampai di Mabusa. Tiba di Mabusa disitu ada ambulans yang
menjemput akan tetapi susah juga atau masih menderita dalam ambulans karena
jalan yang tidak bagus,” kata Yohan saat dikonfirmasi di rumah sakit, Rabu
(27/3/2024).
Dalam perjalanan
ditandu, itu berlangsung pada Senin (25/3/2024) jam 06.00 Wita dinihari sampai pukul 14.00
Wita siang, warga yang menandu tidak pernah istirahat.
“Ada sekitar 80 orang
yang ikut dan jadi mereka bergantian membawa tandu, kalau seandainya istirahat
mungkin sampai jam 4 sore baru bisa sampai di Mabusa,” ucap Yohan.
Di kampung Mabusa tempat
ambulans menunggu pasien dijemput untuk menuju ke RSUD Andi Djemma Masamba,
perjalanan dari pukul 14.00 Wita dan tiba malam hari sekitar pukul 19.00 Wita.
“Jadi begitu sampai di
Mabusa istri saya dinaikkan ke Ambulans untuk sampai ke RSUD Masamba, saya ndak
ikut karena saya tidak bisa naik mobil jadi saya turun, hanya perawat yang
menemaninya di atas ambulans,” ujar Yohan.
Puluhan warga Desa
Malimongan menandu ibu tersebut secara bergantian dengan berjalan kaki melewati
jalan setapak, jalan tanah rusak yang berlumpur dan melewati hutan menuju
kampung Mabusa tempat ambulans menunggu pasien.
“Waktu ditandu kami
melewati hutan, mendaki, kami memaksakan melewati jalan yang sulit untuk
dilalui, ada sungai kecil yang juga kami lewati, yang buat kami sulit di jalan
adalah lumpur yang membuat kami lambat karena sudah tebal ada sampai di lutut
bahkan ada setebal 60 sentimeter harus dilalui,” ujarnya lagi.
Yohan mengatakan kondisi
jalan seperti ini sudah berlangsung lama, bahkan masyarakat biasa membiayai
secara swadaya agar jalan mereka bisa dilalui dengan baik.
“Pernah kami membuat
jalan para-para dari tatakan kayu dari Seko Lemo sampai Mabusa,” ucapnya.
Kini Since dirawat di
Kamar Mawar RSUD Andi Djemma Masamba dengan kondisi yang sudah membaik setelah
menjalani operasi.
“Saya bersyukur pada
semua pihak yang telah membantu kami, karena sudah ditangani dengan baik, pihak
rumah sakit menjemput kami dengan baik,” tutur Yohan.
Yohan mengatakan perawat
atau bidan di daerahnya sudah berupaya menolong masyarakat tetapi terbatas.
“Saya menderita melihat
istri saya, kami berharap tenaga medis berupa perawat ditambah sebab disana
sudah ada bidan desa hanya saja obat-obatan dan fasilitas kesehatan terbatas
karena jauh, jadi kami berharap sebagai warga Seko supaya kalau bisa daerah
kami diperhatikan,” harap Yohan.
Yohan menuturkan bahwa
jika ada warga yang sakit mereka tetap mengandalkan Puskesmas sebagai tempat
untuk berobat, hanya saja karena akses jalan yang jauh dan tidak bagus dan
fasilitas kesehatan terbatas, maka warga terpaksa pasrah.
“Biasa kalau di kampung ada
warga sakit karena kondisi yang tidak memungkinkah yah terpaksa tidak dibawa ke
Puskesmas, kami pasrah saja karena bagaimana kami mau berbuat yah namanya kami
warga kampung terbatas keadaan ekonomi kami,” jelas Yohan.
Berharap Presiden Terpilih Bisa Memperhatikan Seko
Kondisi jalan yang sejak
dari dulu tidak mendapat perhatian penuh dari pemerintah, Yohan berharap kepada presiden terpilih Prabowo Subianto dan
Gibran Raka Bumingraka agar turun tangan memperhatikan Seko.
“Kami berharap supaya
presiden yang baru bisa membantu kami masyarakat di Seko kepada kami sekeluarga
kalau bisa bapak presiden yang baru terpilih memperhatikan kami,” terang Yohan.
Kepala Desa Malimongan,
Yohan Taruk (53) mengatakan bahwa warganya yang ditandu tersebut memang
mengalami sakit setelah melahirkan 2 bulan lalu, dia harus ditandu melewati
jalur yang sulit sejauh 18 kilometer dari rumahnya di Dusun Sepong.
“Jalan itu pernah dibuka
Pemda Luwu Utara masih Bupati Indah Putri
Indriani sekitar tahun 2018, kondisinya sangat bagus, sesetelah 2 tahun rusak lagi, yang rawat
warga secara swadaya dan sukarela,” jelas Yohan Taruk.
Menurut Yohan Taruk
jarak dari Desa Sepon ke kantor Kecamatan Seko ditempuh sejauh 40 kilometer,
kondisi jalan cukup lumayan bagus dan sering diperbaiki.
“Tetapi akses jalan dari
Desa Sepon ke jalan menuju Mabusa yah rusak sepanjang jalan sejauh 18
kilometer,” imbuh Yohan Taruk.
Yohan Taruk
mengungkapkan bahwa kasus warga ditandu dari Desa Malimongan adalah yang
pertama terjadi.
“Barusan ada warga saya
ditandu. Di dalam desa ada fasilitas kesehatan yakni Poskesdes dan itu aktif
atau tertap beroperasi hanya saja kami disini terbatas dari segalanya,” terang
Yohan Taruk.