PALOPO - Aliansi Mahasiswa
Unanda memasang spanduk tuntutan pengurangan biaya BPP di depan gedung Rektorat
Universitas Andi Djemma Rabu (3/6/2020).
Salah satu Anggota Aliansi,
Reski mengatakan apa yang mereka lakukan adalah salah satu bentuk kritik terhadap
kampus bahwa sampai hari ini tuntutan yang mereka layangan kepada pihak kampus
tidak di indahkan.
Beberapa waktu yang lalu Kemendikbud
teleh memberikan imbauan kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk
melakukan upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan cara belajar di rumah
dengan metode kuliah daring agar mahasiswa tetap mendapatkan pelayanan
akademik.
“Namun dengan di terapkannya
kuliah daring ini, kebanyakan mahasiswa mengeluh dikarenakan susah untuk
mendapatkan kuota dan akses internet akibat uang saku dari orang tua
makin hari makin menipis dan bahkan tidak ada sama sekali akibat pendapatan
orang tua makin merosot,” kata Reski.
Dengan kondisi tersebut,
lanjut Reski, beberapa perguruan tinggi ternama seperti IPB dan Unpad mengeluarkan
kebijakan untuk mempermudah mahasiswa dengan menggratiskan mahasiswa tingkat
akhir di semester depan, namun beda halnya di kampus kebanggaan masyarakat Luwu
Raya yaitu Universitas Andi Djemma Palopo yang sampai saat ini belum
mengeluarkan kebijakan yang dapat membantu meringankan beban mahasiswa,
sehingga mahasiswa Unanda menemui rektor untuk melakukan audiens guna meminta
untuk biaya BPP digratiskan pada semester depan, namun alhasil rektor tidak
mengindahkan permintaan dari mahasiswa, namun memberikan sedikit harapan akan
ada dispensasi seperti pemotongan biaya BPP paling tidak 50%, namun setelah
rapat bersama pihak yayasan.
“Pada tanggal 1 Juni yang
lalu, pihak kampus telah rapat bersama pihak yayasan dan telah menyepakati
pengurangan biaya semester hanya berkisar 2 persen (BPP 1,2 JT = - Rp.
24.000) kepada mahasiswa, sangat disayangkan bahwa kampus Unanda Palopo
yang notabenenya mengetahui kondisi ekonomi dari mahasiswanya hanya akan
memberikan potongan pada kisaran 2% saja, padahal ketika dipikirkan
secara saksama pada masa pandemi seperti sekarang ini kampus tidak mempunyai
pengeluaran yang besar seperti fasilitas kampus dan gedung yang tidak terpakai
karena perkuliahan dilakukan secara daring dari beberapa bulan yang lalu,” ucap
Reski.
Menurut Reski hal ini membuat
aliansi mahasiswa Unanda geram sehingga melakukan sebuah gerakan protes dengan
memasang spanduk tuntutan pengurangan biaya BPP sebesar 50 persen di semester
depan di depan gedung Rektorat Unanda.
“Kami akan terus menuntut
kampus agar kebijakan yang dikeluarkan tidak mencekik mahasiswa dan tidak
menutup kemungkinan di tengah pendemi covid-19 ini, kami akan melakukan aksi
demonstrasi jika pihak kampus masih tutup mata dengan persoalan ini,” ujar
Reski.