LUWU - Setelah diguyur hujan deras, sejak Kamis (18/06/2020) pagi, tanggul sungai Pompengan Lamasi jebol di
sejumlah titik yang mengakibatkan banjir di 8 desa di 2 kecamatan.
Wakil
Bupati Luwu, Syukur Bijak, saat memantau lokasi banjir berharap Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Pompengan-Jeneberang sebagai kewenangannya melakukan pengerukan
sungai karena sudah terjadi pendangkalan terutama di daerah hilir.
“Supaya
ini sejalan dengan rencana jangka panjang, kita berharap kepada pihak BBWS
Pompengan-Jeneberang, menjadi perhatian khusus terkait dengan pendangkalan yang
ada di muara dan kepada masyarakat sekiranya dalam waktu dekat kita akan
audiens dengan pihak balai untuk menjelaskan rencana jangka pendek dan jangka
panjang dalam penanganan banjir,” kata syukur, saat dikonfirmasi di lokasi,
Kamis (18/06/2020).
Syukur
berharap kejadian banjir yang menjadi langganan setiap saat tidak terjadi lagi
kedepan karena kita semua berharap ada penanganan.
“Masyarakat
sangat berharap ada penanganan jangka panjang tidak seperti yang lalu-lalu
setiap saat terjadi banjir dan sepertinya tidak ada penyelesaian. Di tahun ini selama
2 bulan terakhir sudah 4 kali banjir akibat tanggul jebol,” ucap Syukur.
Sekretaris
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Aminuddin mengatakan
dalam kejadian banjir kali ini tercatat sebanyak 7 titik tanggul yang jebol, 583
rumah terendam dan lahan pertanian serta perkebunan sebanyak 189 hektar.
“Sebanyak
8 desa di 2 kecamatan yang terendam masing-masing kecamatan Walenrang timur
yakni Desa Kendekan, sementara di Kecamatan Lamasi Timur yakni Desa Pelalan,
Desa To Lemo, Desa Bulu Londong, Desa Pompengan, Desa Pompengan Utara, Desa Pompengan
Tengah, dan Desa Pompengan Pantai,” ujar Aminuddin.
Selain
merendam permukiman dan lahan pertanian, banjir setinggi 80 sentimeter hingga
satu meter tersebut merendam ruas jalan penghubung antar desa dan kecamatan
yang mengakibatkan jalan penghubung tak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun
roda empat.
Derasnya
arus banjir akibat tanggul jebol merubuhkan
dinding rumah salah seorang warga Desa kendekan.
“Kalau
banjirnya sekitar jam 05.00 Wita pagi hari dan menjebol tanggul pada pukul
06.00 WITA, sampai-sampai rumah kami di bagian belakang sebagian sudah rubuh
akibat derasnya air,” tutur Suliani.
Banjir
yang melanda 8 desa tersebut membuat aktivitas warga lumpuh, warga memilih
berdiam di rumah untuk menjaga harta bendanya.
“Dalam
rumah air setinggi betis atau sekitar 50 sentimeter merendam sebahagian bahan
makanan dan perabot rumah tangga,” tuturnya.
Warga
berharap pemerintah segera menangani sungai agar setiap banjir tidak meluap.