KTH Buntu Tobo Kenalkan Produk Hasil Hutan di Foresta Showbiz Makassar


MAKASSAR - Upaya pemberdayaan masyarakat berbasis hutan terus dikembangkan oleh kelompok tani hutan di Sulawesi Selatan. Salah satunya dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Buntu Tobo dari Desa Tampumia, Kabupaten Luwu, yang menampilkan berbagai produk unggulannya dalam ajang Foresta Showbiz di Balai P2SDM Wilayah VI Makassar, 9 -10 November 2025.


Kegiatan bertema “Membangun Kemitraan Nyata antara Kelompok Tani Hutan dan Offtaker” ini menghadirkan lebih dari 100 peserta dari berbagai daerah. Tujuannya, mempertemukan kelompok tani hutan dengan pelaku industri untuk membangun kerja sama dan membuka peluang pasar yang lebih luas.


KTH Buntu Tobo, di bawah binaan KPH Latimojong, memperkenalkan lima produk olahan hutan andalan mereka, yaitu gula semut aren, gula cair aren, gula balok, madu trigona, dan madu dorsata. Semua produk diolah secara mandiri dengan prinsip legalitas, higienitas, dan ramah lingkungan.


“Seluruh proses produksi masih dilakukan secara tradisional, mulai dari penyadapan hingga pengemasan. Ini menjadi tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi,” kata Ir. Justam, S.Kom., M.Kom., IPM., selaku Koordinator Asosiasi Kelompok Tani Hutan Wilayah 5 Sulawesi Selatan, yang mendampingi KTH Buntu Tobo dalam kegiatan tersebut.


Produksi Masih Manual, Harapkan Dukungan Teknologi

Ketua KTH Buntu Tobo, Sofyan, menyebut kelompoknya mampu memproduksi gula aren sebanyak 40 hingga 70 kilogram per hari. Meski hasilnya cukup signifikan, mereka berharap dukungan dari pemerintah maupun lembaga mitra untuk modernisasi alat produksi.


“Dengan adanya bantuan teknologi atau peralatan yang lebih efisien, kami yakin produksi bisa meningkat, dan mutu produk lebih terjamin,” ujar Justam.


Ia menambahkan, peningkatan kapasitas produksi bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga soal keberlanjutan. “Semakin kuat ekonomi petani hutan, semakin besar pula insentif mereka untuk menjaga kelestarian hutan,” katanya.


Gandeng Perguruan Tinggi untuk Penguatan Branding

Dalam upaya memperluas pasar, KTH Buntu Tobo kini menjalin kerja sama dengan Universitas Mega Buana Palopo. Kolaborasi ini melibatkan Fakultas Ilmu Komputer untuk penguatan branding digital dan Fakultas Bisnis untuk pengembangan strategi pemasaran.


“Kerja sama dengan kampus sangat strategis. Mahasiswa bisa membantu kami dalam hal desain kemasan, pemasaran digital, dan riset pasar,” ujar Justam.


Sinergi ini diharapkan dapat membuka akses ke pasar yang lebih luas, sekaligus meningkatkan daya saing produk lokal asal hutan rakyat Sulawesi Selatan.


Jalin Kemitraan dengan Offtaker

Dalam sesi business matching Foresta Showbiz, KTH Buntu Tobo juga menandatangani kontrak kerja sama dengan offtaker, yang akan menjadi mitra pemasaran produk mereka. Kesepakatan ini menjadi langkah penting untuk memperkuat rantai pasok produk hasil hutan ke pasar nasional.


“Kami sangat berharap kemitraan ini bisa membuka jalan bagi peningkatan skala produksi dan memperluas jaringan pemasaran,” kata Justam.


Dorongan untuk Ekonomi Berbasis Hutan

Foresta Showbiz menjadi momentum bagi kelompok tani hutan di Sulawesi Selatan untuk menegaskan peran mereka dalam ekonomi hijau dan keberlanjutan. Kegiatan ini tak sekadar pameran, tetapi wadah kolaborasi antara petani, akademisi, dan pelaku industri.


“Kami ingin lebih banyak pihak melihat potensi besar kelompok tani hutan. Dengan dukungan teknologi, pelatihan, dan kemitraan, mereka bisa menjadi motor penggerak ekonomi berbasis hutan yang berkelanjutan,” ujar Justam menutup.


Dengan semangat kolaboratif tersebut, KTH Buntu Tobo berharap dapat terus tumbuh sebagai contoh sukses pengelolaan hasil hutan non-kayu yang produktif, berkelanjutan, dan menyejahterakan masyarakat di daerah pegunungan Luwu.

Previous Post Next Post