TANA TORAJA, – Sebuah potongan video komika Pandji Pragiwaksono saat membawakan materi stand-up comedy menuai gelombang kritik di media sosial.
Dalam video yang beredar seperti yang diunggah akun instagram infotorajabarat yang menuliskan Budaya Orang Toraja jadi Bahan Lelucon? Viral video potongan Bit Comedy dari Panji Pragiwaksono @pandji.pragiwaksono yang membahas Budaya orang Toraja mendapat reaksi dan kecaman dari publik.
Pandji dianggap menyinggung masyarakat Toraja karena melontarkan candaan yang dinilai melecehkan tradisi adat Rambu Solo’, upacara pemakaman khas Tana Toraja.
Dalam cuplikan berdurasi singkat itu, Pandji menyebut bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian. Ia juga menggambarkan jenazah anggota keluarga yang belum dimakamkan dibiarkan terbaring di ruang tamu, bahkan disebut berada di depan televisi.
“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ucap Pandji dalam video tersebut.
“Dan banyak yang enggak punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh di ruang TV, di ruang tamu gitu. Kalau keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada tamu kan bingung. Nonton apapun di TV jadi berasa horor,” sebutnya.
Terlihat penonton gelak tawa menyaksikan komedi tersebut. Dibaik tawa itu, justru memicu kemarahan warga Toraja. Banyak warganet menilai materi Pandji tidak hanya keliru, tetapi juga menghina nilai-nilai adat dan spiritualitas yang mereka junjung tinggi.
Salah satu suara keberatan datang dari Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, yang menyebut candaan Pandji telah melukai perasaan masyarakat Toraja.
“Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon,” kata Amson.
“Ada dua hal yang membuat kami terluka. Pertama, pernyataannya bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena pesta adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung,” ujarnya.
Menurut Amson, tradisi Rambu Solo’ merupakan bagian dari penghormatan terakhir terhadap leluhur dan memiliki nilai sosial serta spiritual yang dalam. Ia menilai, penyampaian Pandji mempersempit makna budaya tersebut menjadi sekadar candaan tentang kemiskinan dan praktik irasional.
Amson, berharap Pandji segera memberikan klarifikasi dan permintaan maaf terbuka kepada masyarakat Toraja.
“Kami tidak anti kritik. Tapi jika menyangkut adat dan budaya, seharusnya ada upaya memahami terlebih dahulu, bukan menertawakan,” imbuhnya.
Sam Barumbun, salah seorang tokoh adat Toraja Utara, mengecam apa yang telah diucapkan Pandji Pragiwaksono.
“Sudah jelas itu melecehkan. Tidak ada orang Toraja yang melaksanakan adat sampai jatuh miskin. Dalam satu tongkonan, ada banyak keluarga dan setiap keluarga memberi sumbangan sesuai kemampuan, bukan paksaan. Intinya, Pandji Pragiwaksono harus datang ke Toraja dan akan diadakan rapat adat untuk memberi sanksi adat kepadanya,” ucapnya.
Sam, menambahkan, dalam filosofi Sangtorayan, jenazah yang disimpan di rumah sebelum upacara Rambu Solo’ tidak berarti ditelantarkan, melainkan masih dianggap sebagai bagian dari keluarga yang “sakit.
“Masyarakat Toraja meyakini bahwa almarhum atau almarhumah masih sakit sebelum upacara Rambu Solo’ digelar. Kalau di tongkonan, jenazah disimpan di sumbung (tempat tidur), sedangkan di rumah pribadi biasanya di kamar. Jika upacara sudah dekat, barulah jenazah dimasukkan dalam peti dan dibungkus kain, sehingga tidak benar kalau wajahnya terlihat pucat dan seolah tak terurus,” terangnya.
“Meski Pandji telah dilaporkan ke Mabes Polri, sanksi adat tetap harus dijalankan, terserah, pidana jalan, adat juga jalan,” tambahnya.
----Sementara itu, Rajus Bimbim menilai tanggung jawab tidak hanya berada di pundak Pandji, tetapi juga pihak manajemen yang menaungi kegiatan komedi tersebut.
“Kalau ada manajemen, mereka juga harus ikut bertanggung jawab. Ini kan bagian dari show yang disiapkan bersama. Jadi dampaknya bisa melebar ke banyak pihak,” imbuh Rajus.
Rajus juga menyoroti bahwa Pandji gagal melihat nilai positif dari adat Toraja yang ia jadikan bahan komedi.
“Dia hanya melihat dari luar, seolah-olah masyarakat Toraja ini boros dan suka pesta. Padahal di balik itu ada nilai kemanusiaan, penghormatan kepada leluhur, dan gotong royong. Mau itu video lama yang baru viral, tetap saja itu keluar dari mulutnya,” tutupnya.
Hingga berita ini diturunkan, Pandji Pragiwaksono belum memberikan tanggapan resmi terkait video yang memicu kontroversi tersebut. Di media sosial, desakan agar Pandji meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Toraja terus menguat.
