![]() |
|
PAPUA BARAT DAYA - Setiap tanggal 5 Juni, dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup sebagai momentum refleksi atas hubungan manusia dengan alam. Namun, di tengah semangat pelestarian yang digaungkan secara global, Indonesia justru menghadapi ironi: ancaman kerusakan lingkungan di salah satu kawasan paling kaya biodiversitas di dunia, Raja Ampat.
Raja Ampat, wilayah kepulauan di Papua Barat Daya, dikenal sebagai surga bawah laut dunia. Terumbu karang yang menawan, hutan tropis yang masih lestari, serta kearifan lokal masyarakat adat menjadikan kawasan ini simbol harmoni antara manusia dan alam. Namun, harmoni itu kini terancam oleh rencana eksploitasi tambang nikel yang akan dilakukan di Pulau Kawe dan sekitarnya.
Pemerintah melalui izin usaha pertambangan (IUP) telah membuka jalan bagi eksplorasi dan eksploitasi nikel oleh sejumlah perusahaan. Padahal, meskipun nikel dibutuhkan dalam transisi energi global khususnya untuk baterai kendaraan listrik penambangan di wilayah sensitif seperti Raja Ampat dikhawatirkan membawa dampak ekologis besar.
Aktivitas tambang berpotensi merusak hutan, mencemari laut, dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat yang menggantungkan hidup dari alam. Bahkan sebelum tambang beroperasi penuh, pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur sudah bisa menimbulkan degradasi lingkungan yang signifikan. Sektor pariwisata berkelanjutan yang selama ini menjadi andalan ekonomi lokal pun terancam.
Menanggapi situasi ini, sejumlah mahasiswa dan aktivis lingkungan menyerukan agar Hari Lingkungan Hidup dijadikan momen perlawanan terhadap kebijakan yang mengorbankan lingkungan. Mereka mendesak pemerintah untuk meninjau ulang izin tambang di kawasan ekosistem penting seperti Raja Ampat.
“Transisi energi harus adil dan berkelanjutan. Jangan sampai atas nama energi hijau, kita justru mengulang pola eksploitatif yang merusak alam dan meminggirkan masyarakat adat,”
Raja Ampat adalah warisan dunia, bukan ladang industri. Di Hari Lingkungan Hidup ini, masyarakat diajak untuk tidak hanya merayakan dengan slogan, tetapi benar-benar menjaga alam sebagai tanggung jawab bersama.