79 Tahun Indonesia Merdeka, Warga Tandung Kota Palopo Belum Merdeka di Infrastruktur Jalan, Sekolah dan Listrik



PALOPO – Warga Kampung Tandung, Kelurahan Peta, Kecamatan Sendana, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, di usia 79 tahun Indonesia Merdeka belum merasakan akses yang memadai, mulai dari jalan, sarana dan prasarana pendidikan, listrik dan jaringan internet.


Tandung berada di daerah pegunungan, untuk sampai di kampung ini dari kantor Wali Kota Palopo sejauh 15 kilometer  dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit menggunakan kendaraan roda dua atau dari kantor kelurahan peta sejauh 10 kilometer  melewati perbukitan dengan kondisi jalan sebagian kecil beraspal dan selebihnya jalan tanah.


Bentang alam pegunungan dengan tanah yang subur membuat warga di kampung ini betah bertahan hidup mempertahankan tanahnya, hanya saja kampung yang mulai dibangun jalannya sejak tahun 2012 ini tak lagi mendapat perhatian serius berupa perbaikan dan perawatan jalan apalagi  menjadikan jalan ini menjadi jalan beraspal.


Pada musim hujan  jalan yang menjadi akses satu-satunya warga menuju ke Kota Palopo maupun sebaliknya menjadi kendala karena kerap terjadi longsor di beberapa titik.


Jika terjadi longsor, warga bahu membahu bergotong royong membersihkan material longsor bersama Babinsa dan Babinkamtibmas setempat bersama Lurah berupaya mendatangkan alat berat untuk membersihkan  material longsor.


“Di kelurahan Peta ini ada 7 RW dan 15 RT, akses jalan menuju Tandung ini ada 2 RW yang melewati jalan yang merupakan jalan satu-satunya yang dilalui warga yakni RW 7 dan RW 4, sebanyak 25 KK dengan jumlah jiwa sekitar 100 jiwa, kondisi jalan memang kerap longsor karena tanahnya yang labil dan memungkinkan terjadi longsor-longsor kecil,” kata Andi Gafur, Lurah Kelurahan Peta.


Longsor kerap menjadi kendala bagi warga terutama untuk menjual hasil bumi, jika terjadi longsor harus ditampung terlebih dahulu sambil menunggu penanganan longsor.


“Jalan ini satu-satunya akses yang dilalui warga, jadi hasil komoditi masyarakat jika terjadi longsor terkendala untuk mendistribusikan ke kota. Jadi warga sangat berharap agar akses jalan ini diperbaiki,” ucap Andi Gafur. 


Andi Gafur mengungkapkan bahwa hasil bumi saat ini yang paling umum dikelola warga adalah gula merah atau gula aren, kalau perkebunan ada Cengkih, Kakao, Aren dan tanaman perkebunan lainnya.


“Gula merah menjadi andalan dan primadona warga saat ini untuk menghasilkan uang, gula aren menjadi produk ekonomi untuk memenuhi kebutuhan warga sehari-hari di Tandung ini,” ujar Andi Gafur.


Lanjut Andi Gafur, untuk mendapatkan bahan pangan seperti beras dan kebutuhan pokok lainnya warga harus ke kota untuk mendapatkannya.


“Disini tidak ada persawahan dan tidak ada padi ladang jadi hanya bisa berkebun dan menanam tanaman sayur-sayuran,” tutur Andi Gafur.


Warga kampung Tandung yang hidup dari bercocok tanam dan beternak seperti  berkebun sayur-sayuran,  cengkih, kopi, sereh, dan beternak.


Lubis Paembon, salah seorang petani mengatakan selama beberapa tahun terakhir, warga memilih mengolah aren sebagai lahan usaha paling efektif, sebab dengan usaha gula aren dapat bertahan lama dibanding dengan tanaman sayur-sayuran yang kerap terkendala distribusi ke kota akibat akses jalan yang tidak memadai


“Dampaknya dengan kondisi jalan yang tidak memadai apalagi kalau terjadi longsor menyulitkan dan menghambat kami untuk menjual ke kota, terutama tanaman sayuran seperti cabai atau tomat karena harus menunggu waktu sampai jalan bisa dilalui, terkadang tanaman itu membusuk jadi batal untuk dipasarkan, kalau sudah demikian pendapatan kami makin turun bahkan tidak dapat sama sekali,begitulah pahitnya kehidupan kami,” jelas Lubis.


Kondisi jalan yang tidak bersahabat, menjadi kendala bagi pengrajin gula aren, seperti jika mengangkut air aren yang baru disadap biasanya tumpah di jalan saat diangkut menggunakan kendaraan roda dua  begitupun dengan hasil bumi lainnya.


“Wadah yang dipakai kan dari bambu jadi kalau diangkut biasanya tumpah-tumpah sepanjang jalan karena jalan yang tidak bagus, makanya kami jika melewati jalan harus ekstra hati-hati,” ungkap Lubis.

 

Sekolah Belum Memadai

Di sekolah Dasar Negeri (SDN) 58 Tandung, kondisi sekolah belum memadai, selain masih kekurangan guru dan siswa, fasilitas juga belum memadai.


Salah seorang guru SDN 58 Tandung, Nurseha Andi Kaso Morang mengatakan fasilitas di sekolahnya sangat minim, mereka hanya melakukan swadaya dan membangun jiwa kreatifitas anak didiknya agar mereka bertahan belajar.


“Sebenarnya kondisi sekolah kami di Tandung sangat lengkap permasalahannya, baik dari segi sarana, prasarana maupun tenaga pendidik, terutama kendala jalan yang rusak menghambat bantuan masuk dan yang paling kami guru dan anak anak butuhkan adanya Toilet atau WC di dalam area sekolah,” ujar Nurseha.


Nurseha mengatakan sejak dirinya ditempatkan di SDN 58 Tandung tahun 2022 perubahan sekolah hanya pada lantai itupun lantai masih kasar.


“Waktu pertama kali kami ditempatkan sekitar bulan 10 tahun 2022, hanya lantai tanah yang berubah menjadi lantai semen kasar,” ujarnya lagi.  


Nurseha menjelaskan bahwa SDN 58 Tandung terdiri dari 2 gedung sekolah yakni gedung 1 induk dan 1 cabang jaraknyapun cukup berjauhan di atas pegunungan.


“Yang di Tandung 1, kelas 2 sampai kelas 6 jumlah siswa 16 orang, yang di Tandung 2 kelas 1 sampai kelas 6 jumlah siswa 17 orang. Jadi kami dibagi 2 dengan jumlah guru ada 9 orang terdiri dari guru kelas 6 orang, guru honor 2 orang dan guru agama 1 orang,” jelas Nurseha.

 

Jaringan Listrik Belum Ada Jaringan Internet Belum Memadai

Kampung Tandung hingga saat ini belum teraliri aliran listrik PLN, warga hanya menggunakan alat penerangan seadanya seperti obor dari minyak tanah dan lilin pada malam hari.


Nurseha menambahkan bahwa proses belajar mengajar di sekolah terbatas dan terhambat dengan belum adanya jaringan listrik selain itu jaringan internetpun minim.


“Di Tandung belum ada aliran listrik juga jaringan internet, signal internet yang ada kadang masuk kadang tidak, jadi akses kami sangat terbatas,”  ungkap Nurseha.


Di kampung yang masih terbilang dekat dengan pusat Kota Palopo ini, masih jauh dari harapan warga untuk mendapatkan infrastruktur dan layanan yang memadai.


Selama 79 tahun Indonesia merdeka, warga Tandung yang berada di pinggiran Kota Palopo ini belum  merasakan arti kemerdekaan untuk hidup dengan fasilitas atau infrastruktur yang memadai.


Pemerintah Kota Palopo  akan berupaya memperbaiki fasilitas infrastruktur warga kedepan agar warga Tandung dapat merasakan fasilitas pemerintah sama seperti  warga lainnya di Indonesia.


Penjabat Wali Kota Palopo Asrul Sani mengatakan dirinya sudah beberapa kali mengunjungi kampung Tandung  dan mengakui jika akses jalannya belum memadai.


“Untuk itu kami berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menggelontorkan anggaran daerah karena memang keterbatasan anggaran kita di APBD Kota Palopo,” papar Asrul Sani.


Asrul Sani menambahkan bahwa untuk jaringan listrik pihaknya sudah mengusulkan ke PLN.


“Kami sudah usulkan di PLN untuk memasukkan jaringan listrik dan insha Allah kami dijanji tahun anggaran 2025 untuk membangun jaringan listrik disana,” imbuh Asrul Sani.


Lanjut Asrul Sani untuk fasilitas sekolah dirinya berharap tahun depan akan menggelontorkan anggaran sarana dan prasarana sekolah.


“Memang disana sangat memprihatinkan belum ada toiletnya, lantai dan dindingnya harus representatif supaya anak-anak belajar di sana belajar lebih nyaman. Memang selama ini kendalanya karena lokasi atau sekolah tersebut masih milik masyarakat dan alhamdulillah baru-baru ini sudah diserahkan ke pemerintah kota,” jelas Asrul Sani. 

Previous Post Next Post