Ironi Warga Ponjalae Palopo Hidup di Rumah Reyot, Perlu Perhatian Pemerintah Terhadap Kemiskinan Ekstrem

PALOPO - Satu keluarga di Kelurahan Ponjalae, Kecamatan Wara Timur, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, hidup dalam keterbatasan  dan memprihatinkan, satu keluarga ini terbilang hidup dalam suasana kemiskinan ekstrem.


Arina (44) bertahun tahun  hidup dalam serba keterbatasan, sejak suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu, kehidupannya semakin merosot  ia dan anak serta cucunya tinggal bersama dalam  satu rumah panggung di area pasang surut air laut.


Kondisi rumahnya kian hari kian terancam rubuh, selain karena perkakas kayunya yang sudah tua dan lapuk, juga dimakan rayap, tiang rumah, dinding dan atap semuanya terancam rubuh.


Dalam rumahpun kondisinya tak teratur untuk menempatkan barang berupa alat rumah tangga,  alat dapur, alat tidur dan pakaian  karena sempit.


Atap rumahnya yang sebagian terbuat dari daun rumbia, kini bocor, jika hujan, mereka terpaksa harus mencari tempat yang sedikit aman sementara anak dan cucunya yang tinggal bersama, juga butuh perlindungan agar bebas dari hujan.


“Kalau hujan yah apa boleh buat tetap saja dalam rumah kehujanan, kadang cari tempat dalam rumah yang tidak kena hujan biar bisa tidur kalau hujan di waktu malam,” kata Arina, saat dikonfirmasi, Rabu (8/2/2023) di lokasi.


Kehidupan Arina sungguh jauh dari sejahtera, bahkan tergolong warga yang masuk dalam kategori miskin ekstrem. 


Untuk menghidupi dirinya dan anak serta cucunya, Arina harus bekerja sebagai buruh pengikat bibit rumput laut.  


“Satu hari bisa dapat 5 utas tali bentangan dengan upah setiap tali bentangan sebesar Rp 7000, jadi dalam sehari bisa dapat Rp 35.000 itupun jika lancar,” ucap Arina. 


Disisi lain , Arina harus memiliki tanggung jawab untuk menyekolahkan anakcdan cucunya, namun kondisi tersebut sulit dilakukan mengingat biaya terbatas, beruntung  lurah setempat memberikan jalan hidup untuk  menanggung biaya anak dan cucunya yang masih sekolah di sekolah dasar (SD).


“Ada 1 anak saya yang masih sekolah di SD kelas 5, selain itu cucu saya 2 orang juga masih sekolah di SD,  mereka sempat putus sekolah karena tak ada biaya, beruntung anak saya sempat dibiayai oleh ibu lurah kami disini di Ponjalae,” ujar Arina.


Lurah Ponjalae Gerhani Djafar mengatakan warganya yang tergolong dibawah garis kemiskinan terutama anak-anak sempat dibantu melalui donasi untuk meringankan beban hidupnya.


“Saya melihat dia bisa untuk dibantu lewat donasi untuk membiayai sekolah anak dan cucunya, mengingat kondisi kehidupan mereka sangat terpuruk,” tutur Gerhani.  


Kondisi Arina yang tergolong dalam kemiskinan ekstrem, pihak pemerintah kecamatan berupaya untuk membantu warganya.


“Memang kondisi ibu ini karena menyandang status janda, jadi tentu keterbatasan soal penghasilan, kemudian anaknya tinggal bersama  dalam satu ruma ada 8 orang semua, sementara mata pencaharianya adalah buruh pengikat rumput laut, sehingga penghasilannya sekitar Rp 30.000 dalam sehari sehingga untuk biaya hidup dalam satu rumah tangga yah tidak cukup memadai apalagi untuk memperbaiki rumah, kami akan berusaha untuk membantu warga disini,” jelas Ruslan.

Previous Post Next Post