Isak Tangis Sambut Jenazah 2 Orang Guru Korban KKB Papua, Begini Kesaksian Natalina Suami Oktavianus

 


TORAJA UTARA - Isak tangis keluarga pecah saat menyambut kedatangan jenazah 2 orang guru korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua,  saat tiba dirumah duka di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Kedua korban penembakan KKB tersebut yakni Yonathan Randen dan  Oktovianus Rayo (42).

Jenazah Yonathan Randen, guru honorer yang bertugas di SMP Negeri 1 Beoga, tiba di Tongkonan Ra'be, Lembang Batulimbong, Kecamatan Bangkelekila' disambut tangis histeris keluarga korban.

Bahkan istri almarhum Yonathan tak kuasa menahan kesedihannya berkali – kali jatuh pingsan, tak hanya itu sejumlah kerabat korban penembakan kelompok kriminal bersenjata di Distrik Beoga juga berjatuhan karena tak kuasa menahan kesedihan saat melihat anak korban yang masih berumur 2 tahun dan 6 bulan yang belum pernah ketemu bapaknya sejak lahir. 

Sementara jenazah Oktovianus Rayo, guru yang bertugas di Sekolah Dasar (SD) Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua,  tiba dirumah duka di Lembang Sa'dan Pebulian, Kecamatan Sa'dan korban pertama yang ditembak oleh KKB ini juga disambut isak tangis keluarga yang sudah beberapa hari menanti pemulangan jenazah korban ke Toraja Utara.

Saat tiba dirumah duka istri korban, Natalina, yang selamat dari penyergapan kelompok kriminal bersenjata,  di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, jatuh pingsan akibat trauma dan kesedihan larut dalam kjesedihan yang dialami.

Natalina istri almarhum Oktavianus mengatakan, suaminya ditembak oleh KKB hingga tewas namun karena situasi saat itu mencekam dirinya dan beberapa warga lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan cara bersembunyi di kamar mandi.

“Setelah saya lihat sudah sunyi, sudah tidak ada orang, saya keluar dari kamar tempat saya sembunyi melihat almarhum sudah terkapar di depan, dia sudah lipat kaki dan telentang kasihan, saat itu saya masih sempat panggil, papa iyan bangun... papa iyan bangun tapi saya masih lihat dia punya mata terputar mungkin dia masih lirik saya atau bagaimana, saat itu saya bilang papa iyan saya pergi sembunyi lari ke belakang dan lompat ke kamar mandi,” kata Natalina, saat dikonfirmasi, Senin (12/04/2021).

Natalina mengatakan saat ia lompat ke kamar mandi, ia menginjak seng dan berbunyi lalu ia pergi ke rumah tetangganya meminta tolong.

“Di rumah tetangga sekitar 5 menit saya teriak minta tolong, Erni bukakan pintu, kemudian pak guru membuka pintu dan saya sampaikan tolong bapak iyan disana sudah kena tembak tolong dilihat dulu karena saat itu belum ada orang lalu lalang,” ucap Natalina.

Natalina mengungkapkan bahwa saat di kamar mandi ia bersembunyi cukup lama, dari kejadian jam 09.00 WIT, sekitar jam 14.00 WIT baru dievakuasi oleh pendeta-pendeta karena semua tempat sudah dikuasai oleh orang bersenjata, termasuk lingkungan sekolah.

“Di kamar mandi tempat kami sembunyi masih sempat ada orang masuk mengobrak-abrik pakai parang, dia tendang kamar mandi tetapi  tidak tembus, hanya menendang 2 kali dan kami di dalam hanya diam berdoa sambil SMS teman yang lain,” ujar Natalina.

Lanjut Natalina, saat para pendeta datang untuk menyelamatkan, mereka sudah senang dan berupaya menyelamatkan harta benda namun sejumlah barang berharga miliknya diambil oleh KKB.

“Tak ada barang yang kami selamatkan di rumah, Ponsel milik almarhum dan milik saya diambil, uang diambil, perhiasan diambil, semua diambil, pakaian dan barang-barang lainnya terhambur tapi biarlah saya sudah tidak perduli yang penting kami selamat  dan kami pergi dengan berjalan kaki sampai di Koramil,” tutur Natalina.

Setibanya di Koramil, hati Natalina kembali terpukul melihat suaminya yang sudah terbaring dia ditutup dengan kain.

“Kami menangis sampai besoknya dan menunggu pesawat tetapi tidak masuk karena bandara sudah dikuasai oleh KKB, besoknya lagi tidak bisa lagi karena mereka meminta tebusan Rp 5 juta dan kami sanggupi dengan cara kumpul uang namun dia malah menolak dan meminta Rp 20 juta, begitu terkumpul Rp 20 juta ia menolak lagi, besoknya dia minta Rp 500 juta, kami semua pusing mau ambil dimana,” ungkap Natalina.

Natalina menyebut bahwa setelah ditebus Rp 500 juta dan uang sampai ditangan KKB maka sudah bisa mengontak pesawat di Ilaga untuk mengevakuasi jenazah.

“Jadi kami terbang dari Beoga sekitar jam 12.00 WIT, itupun kondisi sudah berkabut dan yang bisa dievakuasi hanya jenazah dan keluarganya, yang lain kasihan masih tinggal di sana,” sebut Natalina.

Diketahui kedua jenazah korban kekerasan KKB  tersebut tiba di Toraja setelah diberangkatkan dari Timika menggunakan pesawat hingga ke bandara hasanuddin makassar kemudian dilanjutkan melalui perjalanan darat menggunakan ambulans ke kabupaten Toraja utara.

Previous Post Next Post