JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat tata kelola perusahaan dan pengelolaan risiko di seluruh lini bisnis. Hal itu ditandai dengan capaian positif dalam Risk Maturity Assessment (RMA) 2025 yang dilakukan lembaga independen Indonesia Risk & Business Advisory (IRBA).
Dalam penilaian tersebut, PGE meraih skor Risk Maturity Index (RMI) sebesar 3,7 dari 5,0 dan ditempatkan pada fase “Praktik yang Baik (+)”. Capaian ini mencerminkan tingkat kematangan manajemen risiko perusahaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil RMA 2025 menunjukkan kemampuan PGE dalam mengelola risiko secara efektif untuk melindungi sekaligus menciptakan nilai perusahaan. Selain itu, perusahaan dinilai semakin adaptif dalam menghadapi dinamika sektor energi yang kian kompleks, khususnya pada industri panas bumi yang memiliki tantangan teknis dan operasional tinggi.
Direktur Operasi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Ahmad Yani, mengatakan pencapaian tersebut merupakan hasil dari upaya sistematis perusahaan dalam mengintegrasikan prinsip manajemen risiko ke dalam seluruh proses bisnis.
“Hasil Risk Maturity Assessment 2025 membuktikan komitmen PGE untuk memastikan setiap keputusan operasional didasarkan pada tata kelola risiko yang kuat, terukur, dan akuntabel. Peringkat ‘Praktik yang Baik (+)’ semakin mengukuhkan langkah PGE menuju visi sebagai world class green energy company,” ujar Ahmad Yani.
Dalam penilaian RMA 2025, PGE mencatatkan kinerja solid pada sejumlah dimensi utama, antara lain Organisasi dan Tata Kelola Risiko, Proses dan Kontrol Risiko, serta Kerangka Risiko dan Kepatuhan. PGE juga meraih Indikator Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dengan predikat satisfactory serta Indikator Pencapaian Kinerja Sangat Baik.
Dengan hasil tersebut, peringkat komposit risiko PGE berada pada peringkat 1, yang menunjukkan bahwa risiko perusahaan sangat terkendali dan kemungkinan tidak tercapainya target kinerja tergolong sangat rendah. Capaian ini menegaskan konsistensi PGE dalam menjaga kinerja perusahaan agar tetap sehat dan berkelanjutan.
Ahmad Yani menegaskan, ke depan PGE akan terus memperkuat tata kelola bisnis dengan membangun budaya risiko yang mengedepankan transparansi, memperluas pemetaan risiko secara menyeluruh, serta memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pemantauan risiko. Selain itu, pengembangan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan dan sertifikasi berkelanjutan juga menjadi fokus perusahaan.
“Di tengah industri panas bumi yang sarat tantangan, kesiapan menghadapi risiko menjadi fondasi utama keberhasilan operasi. Karena itu, penguatan budaya pengelolaan risiko yang terintegrasi akan menjadi prioritas kami agar seluruh proyek berjalan aman, andal, dan sesuai praktik terbaik global,” tegasnya.
Melalui capaian tersebut, PGE menyatakan siap mendukung pemerintah dalam percepatan transisi energi, peningkatan pemanfaatan energi bersih, serta pencapaian target dekarbonisasi nasional.
Sebagai pionir pengembangan energi panas bumi di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, PGE saat ini mengelola kapasitas terpasang sebesar 727 megawatt (MW) dari enam wilayah operasi. Selain itu, PGE tengah mengembangkan sejumlah proyek strategis, di antaranya PLTP Hululais Unit 1 dan 2 dengan kapasitas 110 MW, serta beberapa proyek co-generation dengan total kapasitas mencapai 230 MW.