Orang Tua Siswa di Luwu Protes Seragam Olahraga Tidak Sesuai Pesanan


LUWU – Sejumlah orang tua siswa SMA Negeri 5 Luwu, Kecamatan Bajo, melayangkan protes terkait pengadaan pakaian seragam olahraga yang dinilai tidak sesuai dengan pesanan. Mereka menilai kualitas seragam tersebut mengecewakan dan merugikan pihak wali murid.


Salah satu orang tua siswa yang enggan disebut namanya mengungkapkan, awalnya pihak sekolah meminta para murid menyerahkan ukuran tubuh masing-masing untuk pemesanan pakaian olahraga. Setiap pasang pakaian, terdiri dari baju dan celana, dijual dengan harga Rp130.000. Namun, setelah pakaian diterima, ukuran yang datang ternyata tidak sesuai.


“Setelah bajunya datang ternyata kekecilan. Saya kembalikan untuk ditukar dengan ukuran yang lebih besar, tapi setelah dikembalikan malah dijahit ulang, ditambal di bagian samping baju dan celana supaya muat. Hasilnya jadi sangat tidak bagus,” ujar salah satu orang tua siswa dengan nada kecewa, Senin (3/11/2025).


Ia menilai, tindakan mempermak pakaian agar sesuai ukuran merupakan bentuk ketidaktanggungjawaban pihak penyedia. Para orang tua berharap sekolah ikut bertanggung jawab, sebab pengadaan dilakukan melalui koordinasi pihak sekolah.


“Kami minta pihak sekolah tanggung jawab. Kami sudah bayar sesuai harga, tapi barang yang kami terima adalah hasil permak. Harapan kami itu ditukar dengan yang baru dan ukuran yang pas, bukan malah seperti ini,” tambahnya.


Menanggapi hal tersebut, Kepala SMA Negeri 5 Luwu, Jufri, ST, M.Pd, membenarkan adanya keluhan dari sejumlah orang tua siswa. Ia menyebut sudah menindaklanjuti keluhan tersebut dengan menghubungi pihak penyedia pakaian.


“Saya sudah konfirmasi dengan toko yang menjual. Kalau memang orang tua keberatan, silakan dikembalikan saja, nanti uangnya juga dikembalikan,” kata Jufri saat dikonfirmasi.


Ia menjelaskan bahwa pengadaan pakaian olahraga tersebut hanya diperuntukkan bagi siswa kelas 1 dan dilakukan melalui pihak toko di sekitar sekolah, bukan melalui kebijakan resmi sekolah.


“Bukan dari sekolah, itu toko dekat sekolah. Hanya untuk siswa kelas 1 saja,” ujarnya.


Kasus ini menjadi sorotan di kalangan orang tua murid karena dinilai mencerminkan lemahnya pengawasan terhadap proses pengadaan perlengkapan sekolah, meskipun dalam skala kecil. Para orang tua berharap kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari agar tidak merugikan siswa dan wali murid.

Previous Post Next Post