LUWU UTARA - Dua kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mengalami banjir
berkepanjangan selama setahun terakhir. Curah hujan yang tinggi serta meluapnya
sungai menjadi penyebab utama terjadinya bencana ini.
Daerah yang terdampak adalah
Desa Pattimang, Kecamatan Malangke dan Desa Arusu, Kecamatan Malangke Barat.
Pantauan di lokasi,
banjir merendam jalan penghubung antar kecamatan di desa pattimang dan desa
arusu, sejumlah warga harus rela jalan kaki melintasi banjir, sementara kendaraan
roda dua harus diangkut menggunakan kendaraan rakitan yang disebut Dompeng.
Menurut warga Desa
Arusu, Suhardi menyatakan kondisi di dua desa dan kecamatan tersebut sudah
berlangsung setahun akibat banjir kiriman dari dua sungai.
“Kalau banjir ini kiriman
dari dua Sungai yaitu Sungai Masamba dengan Baliase, dan ini sudah berlangsung
satu tahun bahkan lebih, jadi kalau banjir di atas yah disini terdampak,” kata
Suhardi saat dikonfirmasi di lokasi, Sabtu (1/2/2025).
Lanjut Suhardi,
ketinggian banjir bervariasi mulai dari 40 sentimeter hingga 1 meter yang
merendam ruas jalan, permukiman, fasilitas umum dan lahan perkebunan warga.
“Disini banyak rumah
yang terendam, bahkan kios-kios tidak bisa buka karena banyak terendam,
perkebunan lebih-lebih banyak tanaman mati seperti Kakao, tanaman Nilam,
Jagung, yang bertahan hidup hanya Sawit, fasilitas umum terendam juga yaitu Pos
Yandu,” ucap Suhardi.
Menurut Suhardi, warga
di daerah tersebut harus beradaptasi dengan kondisi banjir yang kerap merendam
rumah dan fasilitas umum, terutama warga yang akan ke Kecamatan lain atau ke
ibu kota kabupaten yang menggunakan kendaraan roda dua harus diangkut.
“Untuk berbelanja barang
yang tidak ada di pasar sini yang dekat warga terpaksa harus keluar, nah kalau
keluar pakai motor harus diangkut pakai kendaraan rakitan yang disini disebut
dompeng, itupun dibayar Rp 30.000 perkendaraan kalau pemiliknya atau orang
tidak membayar,” ujar Suhardi.
“Ada jalan lain bisa
dilalui kendaraan roda dua atau empat hanya saja harus memutar jauh sampai 20
kilometer tetapi sekarang jalan itu juga sedang banjir jadi kami disini lengkap
penderitaannya,” tambah Suhardi.
Menurut Suhardi kondisi
jalan dan permukiman yang terendam berkepanjangan sempat membuat warga geram
dan berunjuk rasa di pemerintah Kabupaten Luwu Utara namun belum ada solusi
hingga saat ini.
“Didemo tapi yahh begini
saja hasil, memang ini faktor alam tapi maunya kami yah ada solusi dari
pemerintah. Soal bantuan ke warga juga sudah tidak ada kalau dulu di awal-awal
ada seperti kebutuhan bahan pokok tapi sekarang sudah tidak ada, “tutur
Suhardi.
Warga berharap
pemerintah segera menanggulangi bencana banjir yang berkepanjangan di dua
kecamatan tersebut.
“Kami harap bagaimana
cara pemerintah menanggulangi banjir, yang jebol disana yah ditanggul tooh atau
setidaknya jalan alternatif diperbaiki, misalnya ditambah timbunan,” harap
Suhardi.
Sementara itu, Penjabat
Gubernur Sulawesi Selatan, Prof Fadjry Jufri, saat mengunjungi Luwu Utara pada
pada Kamis (23/1/2025) lalu menyatakan bahwa pihaknya berharap hal tersebut
mendapat atensi dari pemerintah pusat khususnya bencana hidrometeorologi di
Sulsel supaya sungai dan irigasi yang terkena dampak bisa diperbaiki.
“Alhamdulillah ada
harapan saya ketemu dengan balai besar sungai pompengan yang membawahi irigasi
di Sulsel dan mereka akan berkunjung kesana apa kira-kira yang akan diperbaiki.
Memang tidak bisa langsung sekaligus paling tidak ada keinginan pusat, provinsi
dan kabupaten untuk menyelesaikan ini, semoga dengan alokasi anggaran kita bisa
perbaiki,” jelas Fadjry.