JAKARTA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Daerah Khusus Jakarta dalam pertemuan para mitra di Balai Kota melaporkan per September 2024 sekitar 12 ribu kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Jakarta. Secara nasional, Kementerian Kesehatan menyebutkan Kasus DBD mencapai 210.644 kasus dengan 1239 kematian terlaporkan dari 482 Kab/Kota pada Oktober 2024. Hal ini memperlihatkan peningkatan 3 kali lipat dibanding tahun 2023 pada periode yang sama.
Ratusan anak dan orang muda
yang tergabung dalam kelompok Child Campaigner Save the Children
Indonesia di Provinsi Jakarta menginisiasi gerakan edukasi bertema “PEDULI
IKLIM BEBAS DBD” di area Car Free Day (CFD) Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2024).
“Melalui kampanye ini, kami
ingin menunjukan bahwa kami anak dan orang muda sebagai pihak yang paling
terdampak dapat ikut membantu menghentikan penderitaan karena DBD yang
dikhawatirkan terus terjadi lewat aksi yang kami lakukan dan aspirasi yang kami
berikan. Sekarang saat nya untuk kita mulai peduli iklim dan basmi jentik untuk
lingkungan yang lebih baik,” kata Elvira (18) anggota Child
Campaigner Jakarta.
Rangkaian kegiatan “PEDULI IKLIM BEBAS DBD” merupakan bagian
dari Kampanye Nasional Aksi Generasi Iklim – Save the Children Indonesia yang
bertujuan untuk memastikan agar anak-anak dan keluarga yang paling terdampak
dari krisis iklim dapat bertahan hidup dan beradaptasi.
Para Child Campaigner
yang tinggal di Jakarta mengalami dan mengamati sampah yang menumpuk, terutama
yang berisi air tergenang seperti kaleng bekas, ban, botol plastik, atau wadah
lainnya, menjadi habitat ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti, penyebab utama
penularan DBD. Diperparah, ketika memasuki musim penghujan, dimana beberapa area
di Jakarta masih ditemukan adanya
genangan yang berpotensi menjadi sarang bagi jentik nyamuk DBD ini.
Berbagai studi menyebutkan
bahwa peningkatan suhu bumi menjadi salah satu faktor mempercepat siklus hidup
nyamuk aedes aegypti yang berkontribusi pada peningkatan kasus DBD.
Permasalahan DBD di Jakarta mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Anak yang
terkena DBD mengganggu aktivitas
sekolah, bersosialisasi, dan bermain dan bahkan dihadapkan dengan ancaman
kematian.
“Peningkatan kasus DBD salah
satunya disebabkan karena Fenomena El-nino dan perubahan iklim. Inisiatif
anak-anak hari ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik untuk lebih
peduli terhadap lingkungan dengan melakukan aksi nyata untuk mencegah kasus DBD
yang terus bertambah. Karena satu nyawa sangatlah berharga,” jelas Tata
Sudrajat/Interim Chief Advocacy, Campaign, Communication & Media – Save
the Children Indonesia.
Gerakan “PEDULI IKLIM BEBAS
DBD” ini merupakan puncak acara dari rangkaian kampanye yang telah dilakukan
oleh Child Campaigner Jakarta selama 5 bulan terakhir. Selain melakukan
jalan sehat, ratusan anak, orangmuda serta para peserta CFD dapat menyaksikan
mini talkshow , Pameran Edukasi, Permainan Interaktif tentang Krisis Iklim dan
Cegah DBD serta kegiatan menarik lainnya. Beragam bentuk dialog, edukasi dan
kompetisi di sekolah-sekolah juga telah dilakukan dengan tema mengusung sekolah
anti jentik nyamuk DBD.