JAKARTA - Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional yang diperingati setiap 12 September, menjadi pengingat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut yang sering kali disepelekan. Gigi yang sakit atau rusak dapat menyulitkan anak untuk mengunyah makanan dengan baik dan dapat mempengaruhi pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Untuk
mendukung usaha pemerintah dalam mewujudkan Indonesia bebas karies 2030, Save
the Children melalui program Healthier Smile melanjutkan upayanya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan
gigi dan mulut terutama pada anak-anak.
Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, proporsi terbesar masalah
gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Dan pada Survei
Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Sulawesi Selatan menduduki peringat kedua
terbanyak terkait masalah Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yaitu 68,4%
lebih banyak dibandingkan rata-rata nasional (56.9%). Angka ini mencerminkan
perlunya peningkatan edukasi dan perubahan perilaku dalam menjaga kesehatan
gigi, terutama di kalangan anak-anak.
“Di
Save the Children, kami percaya bahwa kebiasaan sederhana seperti menyikat gigi
dapat memiliki dampak besar pada kesehatan anak-anak kita. Dengan Program
Healthier Smile, kami tidak hanya mengajarkan anak-anak cara menjaga gigi
mereka, tetapi juga melibatkan orang tua dan guru dalam proses tersebut. Ini
bukan hanya tentang mencegah karies, tetapi tentang membangun rutinitas sehat
yang akan membantu anak-anak tumbuh lebih sehat dan bahagia. Bersama-sama, kita
bisa mencapai Indonesia bebas karies pada 2030 dan menjadikan kesehatan gigi
sebagai prioritas bagi setiap keluarga,” jelas Tata Sudrajat, Interim Chief
of Advocacy, Campaign, Communication and Media – Save the Children Indonesia
Sejak
April 2022 hingga Maret 2023, Program Healthier Smile yang dijalankan di Luwu
Utara dan Luwu Timur telah menjangkau 20,091 siswa, 475 orang tua, 1,151 guru
dan 155 tenaga kesehatan. Program yang bekerjasama dengan Yayasan Celosia Marennu
Indonesia, dan didukung oleh Mars Wrigley Foundation bertujuan untuk memastikan
anak-anak dapat bersekolah dengan sehat, mendapatkan akses ke fasilitas
kesehatan yang inklusif dan ramah anak, serta mendorong praktik hidup bersih
sehat, baik di rumah maupun di sekolah, termasuk di dalam kesehatan gigi dan
mulut.
Kegiatan
utama program ini meliputi promosi kesehatan dasar di sekolah oleh guru-guru
yang sudah dilatih, mengajarkan siswa untuk menyikat gigi dua kali sehari,
mencuci tangan dengan sabun pada 7 waktu penting, serta mengonsumsi makanan
sehat. Selain itu, siswa terpilih dilatih sebagai "dokter kecil"
untuk membantu meningkatkan kesadaran di antara teman sebaya mereka.
Tidak
hanya itu, para tenaga kesehatan dan tim UKS Kabupaten juga diberikan pelatihan
untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin di sekolah dan menyediakan ruang
pemeriksaan yang ramah anak.
Program
Healthier Smile juga meluncurkan kampanye 21 perubahan perilaku, yang bertujuan membentuk
kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak. Dalam
kampanye ini, anak-anak diajak untuk mengikuti tantangan perubahan perilaku
selama 21 hari, di mana mereka mencatat kegiatan perawatan gigi mereka setiap
hari. Selain anak-anak, orang tua juga berperan aktif dengan mengisi lembar
pencatatan tersebut, mendukung anak dalam membangun kebiasaan menyikat gigi,
sekaligus mempererat hubungan positif antara orang tua dan anak melalui
rutinitas bersama.
“Awalnya,
saya merasa sedikit terbebani dengan pengisian logsheet setiap hari. Tapi,
seiring berjalannya waktu, ini menjadi semacam ritual yang membantu kami lebih
sadar akan kebersihan,” jelas Mama Faiz salah satu siswa sekolah dasar di
Luwu Timur.
Save the Children
berharap bahwa pelaksanaan Program Healthier Smile di Luwu Utara dan Luwu Timur
dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan perhatian terhadap kesehatan gigi
dan mulut di seluruh Indonesia. Dengan kolaborasi berkelanjutan, program ini
diharapkan dapat menginspirasi inisiatif serupa di daerah lain dan membantu
lebih banyak anak menjalani hidup sehat.