![]() |
(Dok. Save the Children Indonesia) |
JAKARTA - Demam Berdarah
Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia.
Data Kemenkes mencatat 131.265 kasus DBD di Indonesia
pada tahun 2022, dimana 40 terjadi pada anak usia 0 – 14 tahun. Jumlah kematian
sebanyak 1.135 kasus.
Di Bali, Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat 1.305
kasus DBD sejak bulan Januari – September 2023, angka ini sudah melebihi data tahun 2022.
Angka kasus ini bukan hanya sekedar jumlah, tetapi ada
hak kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang dipertaruhkan.
“Chief of Partnership, Strategy Program and Operation – Save the Children Indonesia, Erwin Simangunsong, mengatakan metode Wolbachia merupakan terobosan dari organisasi World
Mosquito Program (WMP) yang telah diimplementasikan di 14 negara sejak tahun
2011, termasuk Indonesia.
“Metode Wolbachia
ini menjadi inovasi baru untuk mencegah kasus DBD terus bertambah. Anak dan
masyarakat harus dilindungi dari DBD,” kata Erwin Simangunsong
Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di 50 persen serangga yang ada di bumi dan dinyatakan aman untuk manusia, hewan dan
lingkungan.
Wolbachia mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes
aegypti sehingga tidak menularkan penyakit dengue, Zika dan
chikungunya.
Di Indonesia Wolbachia WMP pertama kali
dilakukan di Yogyakarta. Hasilnya metode Wolbachia
ini terbukti berhasil menurunkan 77 persen kasus DBD dan 86 persen rawat inap di rumah sakit.
Kemenkes telah mengevaluasi hasil penyebaran nyamuk di
Yogyakarta dan menyatakan bahwa cukup bukti untuk memperluas manfaat Wolbachia
WMP guna melindungi jutaan orang di Indonesia dari DBD.
Melalui Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022
metode Wolbachia di implementasikan di 5 kota lainnya yaitu Semarang,
Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.
Sebagai mitra pembangunan Pemerintah, Save the
Children Indonesia bersama dengan Yayasan Kerti Praja dan Pemerintah Provinsi
Bali, Pemerintah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng terus berupaya melakukan
pencegahan DBD, dengan melibatkan seluruh pihak
termasuk masyarakat sejak awal tahun 2023.
Hal ini meliputi edukasi dan
peningkatan kesadaran kepada masyarakat. Antusias dan penerimaan
masyarakat Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng sangat tinggi.
Survey menunjukkan sebanyak 95,63 persen mendukung implementasi metode Wolbachia
di lingkungan mereka.
Hal ini didasari dari pengalaman keluarga
yang pernah merasakan dampak buruk dari DBD.
Pengalaman salah seorang anak yang pernah mengalami DBD di
Denpasar bernama Ade (14) mengatakan sedih karena DBD terpaksa tidak sekolah.
“Saya sedih gak bisa ke sekolah karena
kena DBD, saya gak kuat rasanya gak enak sekali. Saya nginep di rumah sakit
sekitar 9 hari-an. Semoga metode Wolbachia ini bisa terus ya, saya berharap
tidak ada lagi yang sakit bahkan meninggal karena DBD,” tutur Ade.
Pertengahan November 2023, penerapan
metode Wolbachia DBD akan memasuki masa awal penyebaran telur
nyamuk ber-Wolbachia di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng.
Perwakilan masyarakat di Kota Denpasar dan
Kabupaten Buleleng telah menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi dengan
menjadi Orang Tua Asuh (OTA) wadah telur nyamuk ber-Wolbachia.
“Kami sangat berterima kasih ada program metode Wolbachia ini, semoga ini berhasil sama dengan yang ada di Yogyakarta. Semoga di sini lebih banyak lagi penurunannya, dan bahkan kalau bisa tidak ada kasus DBD, jadi steril semua nyamuk Aedes aegyptinya jadi ber-Wolbachia semua.” ucap dr. Anak Agung Ayu Candrawati M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar.