19.186 Ekor Babi Mati di Luwu Timur

 

LUWU TIMUR – Dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan mencatat jumlah hewan ternak jenis Babi yang mati terserang virus African Swine Faver (ASF) mencapai 19.186 ekor.

 

Kepala Dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Luwu Timur, Amrullah mengatakan dari 11 kecamatan di Luwu Timur tersisa 1 kecamatan yang belum terjangkit virus ASF yakni kecamatan Nuha.

 

“Kecamatan Nuha saat ini memiliki populasi ternak Babi sebanyak 403 ekor sementara kecamatan lainnya sudah terjangkit dengan jumlah yang sangat tinggi,” kata Amrullah, saat dikonfirmasi, Sabtu (20/5/2023)

 

Lanjut Amrullah 10 kecamatan di Luwu Timur yang terjangkit virus ASF dan menimbulkan Babi mati yakni Tomoni Timur 9.293 ekor,  Mangkutana 2.874 ekor, Burau 1.940 ekor, Kalaena 1.871 ekor, Wotu 1.074 ekor, Angkona 1.251 ekor, Tomoni 478 ekor, Malili 340 ekor, Wasuponda 46 ekor dan Towuti 19 ekor.

 

“Tindakan yang dilakukan saat ini yaitu mengarahkan peternak untuk mengisolasi ternak yang sakit, membuat dan mempublikasikan poster penyakit ASF dan mengedukasi peternak dan warga untuk tidak melalulintaskan ternak babi, baik dalam maupun ke luar daerah Kabupaten Luwu Timur,” ucap Amrullah.

 

Amrullah mengatakan selain tindakan tersebut juga melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) penyakit ASF serta menyalurkan desinfektan pada desa terdampak sebanyak 639 liter mulai saat pertama kali adanya kejadian kematian hingga hari ini.

 


“Kami juga masih melakukan edukasi peternak mengenai pentingnya tindakan biosekuriti,” ujar Amrullah.

 

Menurut Amrullah, kronologi awal penyakit ASF di Luwu Timur yakni pada Selasa (4/4/2023) petugas teknis peternakan menerima laporan adanya babi yang sakit di Desa Pancakarsa, Kecamatan Mangkutana, petugas teknis didampingi dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan turun ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan, Babi menunjukkan gejala anoreksia, lesu, demam dan hiperemi pada bagian abdomen, diagnosa sementara berdasarkan gejala klinis dan anamnesa mengarah kepada Hog Cholera dengan diagnosa banding Erisipelas dan pada Rabu (5/4/2023) adanya laporan 12 ekor babi mengalami sakit di desa Balai Kembang, Kecamatan Mangkutana.

 

“Petugas menuju lokasi untuk melakukan pemeriksaan pada ternak yang sakit tersebut, ternak babi memperlihatkan gejala diare, anoreksia, lesu dan demam, diagnosa sementara berdasarkan gejala klinis mengarah kepada salmonellosi,” tutur Amrullah.

 

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Luwu Timur menerima laporan adanya kematian ternak babi di Desa Pancakarsa, Kecamatan Mangkutana pada Minggu (23/4/2023) beberapa hari kemudian Tim Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Luwu Timur melakukan investigasi terhadap adanya laporan kematian pada ternak babi dengan melakukan pemeriksaan langsung di lapangan dan melakukan pengambilan sampel untuk pengujian laboratoris di beberapa titik lokasi seperti Desa Pancakarsa, Desa Teromu, Desa Manggala dan Desa Alam Buana.

 

“Sampel dikirim ke Balai Besar Veteriner Maros untuk dilakukan pengujian laboratorium dan terbit laporan hasil uji dari Balai Besar Veteriner Maros menyatakan sampel yang berasal dari Desa Pancakarsa, Kecamatan Mangkutana dan Desa Alam Buana, Kecamatan Tomoni Timur menunjukkan Positif African Swine Fever (ASF),” jelas Amrullah.

Previous Post Next Post