77 Tahun Indonesia Merdeka, Sekolah di Pedalaman Toraja Utara Masih Tertinggal, Siswa Harap Presiden dan Menteri

TORAJA UTARA - Siswa di kelas jauh SDN 4 Awan, Dusun Limbong Dewata, Lembang Batu Lotong, Kecamatan Rante Karua, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, belajar dalam keterbatasan begitupun dengan guru mereka.

Sekolah yang berdiri sejak 2012 lalu,  di daerah transmigrasi ini  miris dan nyaris tak mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat.

Sekolah dengan jumlah ruang kelas belajar (RKB) hanya terdapat 3 ruangan sementara kelas siswa terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6.

Dalam satu ruangan terdiri dari dua kelas belajar  sehingga guru mengajar kadangkala diisi satu guru untuk dua kelas atau diisi masing-masing guru dalam satu ruangan tersebut.

Dalam satu ruangan kelas hanya dibatasi oleh sekat berupa sisa-sisa papan atau bangku yang rusak,  belum lagi papan tulis mereka yang bolong,  atap, pintu plafon dan  fasilitas lainnya sudah rusak.

Jika guru yang bertanggung jawab dalam kelas terlambat tiba di sekolah, maka guru lainnya harus mengisi jam pelajaran.  

Kondisi ini tentu menjadi kendala bagi siswa terlebih pada guru,  selain itu suara berisik dari kelas belajar sebelah membuat kondisi ini tidak nyaman.

Siswa di sekolah ini juga masih dalam keterbatasan kemampuan,  seperti masih banyak yang tidak mengenakan alas kaki atau sepatu ke sekolah.

Meski kondisi masih terbatas, namun para siswa di sekolah ini tetap antusias untuk belajar.

Menurut Daffa siswa kelas V mengatakan ia bercita-cita jadi polisi, meski kondisi sekolahnya terbatas fasilitasnya namun ia tetap berupaya betah untuk belajar.

“Saya masih betah sekolah disini karena saya bisa berbagi dengan teman-teman, berjalan bersama pergi ke sekolah dan pulang ke sekolah, kadang kala kami ditemani guru jalan sama-sama,” kata Daffa.

Daffa berharap pemerintah dapat membantu sekolahnya agar mereka bisa merasakan pendidikan yang merata sama seperti rekan-rekannya di sekolah lain yang lebih maju.

“Pak Jokowi, pak Menteri Pendidikan bantulah sekolah kami,” ucap Daffa.

Begitupun dengan Sisil, kelas IV ia merasa betah belajar meski sekolah dalam keterbatasan dengan alasan gurunya baik.

“Betah belajar  karena guru kami baik, kami berharap sekolah ini bisa diperbaikai,” ujar Sisil.

SDN 4 Awan kelas jauh, jumlah guru masih terbatas, hanya diisi 2 guru berstatus tenaga kontrak daerah dan satu guru berstatus tenaga sukarela.

Daniel Taru (51) guru kontrak daerah yang mengajar di sekolah ini sejak 12 tahun mengatakan kondisi sekolah masih banyak kekurangan seperti ruang belajar.

“Ruang kelas belajar dibagi dua, kelas 4 dan 5 dipisahkan dalam satu ruangan yang hanya dibatasi sekat dari bangku bekas, meja dan papan tulis, itu kami bagi dua karena tidak ada ruangan, kalau soal betah mengajar yah mau diapa anak-anak sudah harus belajar kami harus memberi pelajaran,” tutur Daniel.

Terbatasnya fasilitas sekolah dan kondisi sekolah yang mulai rusak  membuat masyarakat setempat bahu membahu bergotong royong membperbaiki sekolah demi anak-anak mereka bisa belajar dengan baik.

Kepala Dusun Limbong Dewata, Estepanus mengatakan kondisi sekolah yang minim dan mulai rusak-rusak diperbaiki melalui gotong royong warga.

“Kami panggil masyarakat untuk memperbaiki gedung sekolah anak kami karena sudah lapuk, ruangannya tidak mencukupi hanay ada 3 ruangan sementara sudah ada 6 kelas disini, atap sudah mulai roboh makanya kami memperbaiki, untuk itu kami mohon pihak terkait untuk melihat keadaan sekolah kami disini,” jelas Estepanus.

Pihak sekolah induk SDN 4 Awan yang mewakili Kepala Sekolah, Vina Apriani mengatakan untuk kelas jauh baru mengusulkan ke Dinas Pendidikan Toraja Utara untuk melakukan perbaikan dan penambahan guru negri.

“Memang disini guru negeri tidak ada, yang ada guru kontrak daerah dan tenaga sukarela dalam waktu dekat guru negeri sudah bisa masuk disini, untuk penambahan guru dan perbaikan sekolah sudah disusulkan. Kami juga mulai rolling guru negeri kesini secara bergantian setiap minggu,” beber Vina.

Kepala Dinas Pendidikan Toraja Utara, Martinus Manatin mengatakan Pemerintah Daerah Toraja Utara saat  memiliki keterbatasan anggaran untuk membiayai fisik sekolah dan kesejahteraan guru honorer, disatu sisi kondisi fisik pendidikan di Toraja Utara pada prinsipnya bagus.

“Ada beberapa kondisi-kondisi pendidikan tertentu yang ada di daerah pedalaman atau tertinggal di Toraja Utara karena memang kondisi akses transportasi atau jalan dan jangkauan kesana yang sulit, sehingga kondisi ini tidak bisa kami benahi di dunia pendidikan, lintas sektoral lah yang akan membenahi,” terang Martinus.

Martinus menjelaskan bahwa ada ketentuan untuk memperbaiki sekolah dari segi fisik terutama pengelolaan yang menggunakan dana alokasi khusus (DAK) seperti jumlah siswa di sekolah tersebut.

“Namun demikian bahwa ada ketentuan didalam penganggaran DAK yaitu siswa yang kurang dari 60 orang tidak mendapatkan DAK, nah ini yang menjadi persoalan bagi kami di Toraja Utara bahkan mungkin di seluruh Indonesia karena ini aturannya sama semua, sekolah seperti ini hanya bisa dijawab lewat dana DAU sementara dana DAU kami terbatas,” papar Martinus.

Previous Post Next Post