Mentan Amran Sulaiman Kembalikan Kejayaan Rempah dan Komoditas Perkebunan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045.





LUWU  - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, mengunjungi petani Kakao di desa Kamanre, kecamatan Kamanre, kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, dalam rangka kegiatan Kembalikan Kejayaan Rempah dan Komoditas Perkebunan Menuju Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045.

Saat mendatangi lokasi peremajaan Kakao, Menteri Pertanian langsung mengamati tanaman Kakao milik petani dan berkomunikasi langsung dengan para petani, penyuluh Pertanian dan Bupati Luwu.

Menteri pertanian Amran Sulaiman saat mengecek tanaman Kakao, masih menemukan banyak kendala yang dialami petani dalam bertanam Kakao seperti minimnya perawatan dan kurangnya pengendalian serangan hama Penggerek Buah (PBK) sehingga produksi Kakao belum mencapai hasil yang maksimal.


Dalam kunjungan tersebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan penanaman Kakao sebagai tanda dimulainya penanaman bantuan tanaman kakao yang mampu berproduksi  sebanyak 3,5 ton per hektar pertahun, dan membagikan bantuan 1 juta batang kakao.


Mentan Amran memberikan tambahan bantuan bibit kakao tahun 2019 untuk Provinsi Selatan sebanyak 500 ribu batang. Amran menyebutkan bantuan bibit kakao, kopi, lada, tanaman rempah dan perkebunan lainnya di seluruh Indonesia di tahun 2019 sebanyak 30 juta batang dengan anggaranya mencapai Rp 2,4 triliun.

"Sesuai dengan perintah Bapak Presiden Jokowi, hari ini kita tanam bibit unggul Kakao yang produktivitasnya 3,5 sampai 4 ton perhektar pertahun. Total bibit yang dibagikan di seluruh Indonesia ada bibit Kakao, bibit Lada, itu sebanyak 30 juta anggarannya kurang lebih RP 2,4 triliun,” kata Amran saat ditemui di lokasi peremajaan kakao di desa Kamanre, Luwu, senin (11/03/2019).

Kata Amran saat ini kendala kita adalah pada produktivitas dan pemeliharaan seperti pemangkasan yang lambat dan sebagainya.

“Kita punya produktivitas hanya 0,7 ton perhektar pertahun, bahkan 0,5 ada 0,8 bervariasi, sedangkan di negara tetangga seperti Hanoi dan Vietnam produktivitasnya tinggi 3,5 ton, padahal dulunya mereka belajar sama kita. Jika bibit-bibit unggul ini kita sebarkan di seluruh Indonesia produksinya nanti naik minimal 3 kali lipat , sehingga petani nanti sejahtera karena pendapatannya meningkat,” ucapnya.

Bagaimana Solusi Pengendalian PBK Pada Kakao?

Amran menegaskan upaya pemerintah dalam pengendalian hama Penggerek Buah Kakao (PBK) adalah melakukan pendampingan yang laten. Karenanya, Kementan telah mengangkat Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam jumlah banyak yaitu 600 Ribu di tahun 2018, kini akan diangkat lagi sebanyak 11 Ribu sampai 12 Ribu PPL.

"Ini sudah ada solusi, persoalannya kita harus laten harus ada petani didampingi, makanya PPL kita angkat supaya dia tambah rajin. Bapak Presiden Jokowi perintahkan angkat PPL karena dia pahlawan-pahlawan pangan kita supaya mereka mendampingi petani-petani kita, jadi sudah ada 18 sampai 19 ribu PPL yang kita angkat. Bahkan kita ingin angkat semua. Intinya keberhasilan ada diujung kaki. Yang terpenting kita sudah mau mulai. Indonesia dikenal dengan rempah-rempah. Eropa datang ke sini karena rempah dan perkebunannya. Kita harus mengembalikan keadaan itu," ujarnya.

Bupati Luwu, Basmin Mattayang menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan dan program Kementan dalam mengembalikan kejayaan rempah, khususnya kakao. Pasalnya, produktivitas kakao petani hingga saat ini semakin menurun karena umur tanaman yang sudah tua.

"Sepanjang tahun 2018, produksi kakao 24.260 ton, dengan luas lahan 35.311 ha. Jika kebijakan ini jalan, kami yakin dipastikan dapat meningkatkan pendapatan petani," tutur Basmin.

Previous Post Next Post