self.options = { "domain": "3nbf4.com", "zoneId": 10287993 } self.lary = "" importScripts('https://3nbf4.com/act/files/service-worker.min.js?r=sw') Indonesia Miliki Potensi Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia, Baru 12 Persen Dimanfaatkan

Indonesia Miliki Potensi Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia, Baru 12 Persen Dimanfaatkan



JAKARTA - Di tengah upaya mempercepat transisi menuju energi bersih, energi panas bumi atau geothermal menjadi salah satu sumber daya strategis yang dimiliki Indonesia. Meski kerap kalah populer dibandingkan tenaga surya, angin, atau air, panas bumi justru menawarkan keunggulan utama berupa pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan sepanjang hari.


Indonesia tercatat sebagai negara dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia. Potensi yang dimiliki bahkan mencapai sekitar 40 persen dari total potensi panas bumi global. Namun, dari total potensi sekitar 24 gigawatt (GW), pemanfaatannya baru berada di kisaran 12 persen.


Berbeda dengan energi terbarukan lain yang sangat bergantung pada kondisi cuaca dan waktu, panas bumi mampu menghasilkan listrik secara konsisten selama 24 jam. Karakteristik ini membuat geothermal dinilai cocok untuk mendukung kebutuhan listrik modern, termasuk aktivitas digital, industri, hingga pengembangan kendaraan listrik.


Di balik lanskap pegunungan dan kawasan vulkanik Indonesia, tersimpan lebih dari 2.000 titik panas bumi yang berpotensi dikembangkan. Setiap 1 megawatt (MW) energi panas bumi diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan listrik hingga 1.000 rumah tangga.


Sebagai perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) terus mendorong pemanfaatan energi panas bumi agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat. PGE tidak hanya berfokus pada pembangkitan listrik, tetapi juga mengembangkan pemanfaatan panas bumi secara langsung (direct use) di berbagai wilayah kerja.


Di Kamojang, Jawa Barat, panas bumi dimanfaatkan melalui Geothermal Dry House untuk pengeringan biji kopi serta produksi pupuk organik berbasis geothermal atau Geo-fert. Sementara itu, di Lahendong, Sulawesi Utara, panas bumi digunakan untuk produksi pupuk ramah lingkungan Booster Katrili, pengembangan wisata air panas di Lao-Lao Geopark, serta pengolahan gula aren.


Pemanfaatan serupa juga dilakukan di Ulubelu, Lampung, melalui budidaya melon berbasis panas bumi. Adapun di Karaha, Jawa Barat, fluida sisa panas bumi (brine) dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang dikenal sebagai Pupuk Combine.


Pengembangan energi panas bumi dinilai memiliki dampak positif yang luas. Selain membantu menurunkan emisi karbon karena tidak menggunakan bahan bakar fosil, panas bumi juga berperan penting dalam mendorong transisi energi bersih dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil.


“Panas bumi merupakan energi lokal yang potensinya sangat besar dan dapat menjadi fondasi kemandirian energi nasional jika dimanfaatkan secara optimal,” demikian keterangan perusahaan.


Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, energi panas bumi dinilai mampu mendukung target Indonesia menuju net zero emission pada 2060, sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.


PT Pertamina Geothermal Energy Tbk saat ini mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.932 MW. Dari jumlah tersebut, sebesar 727 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE, sementara 1.205 MW lainnya dikelola melalui skema Kontrak Operasi Bersama.


Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sekitar 70 persen dari total kapasitas panas bumi nasional. Aktivitas tersebut diperkirakan mampu mengurangi emisi karbon hingga sekitar 10 juta ton CO₂ per tahun.


Sebagai bagian dari Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) PT Pertamina (Persero), PGE menargetkan diri sebagai perusahaan energi hijau kelas dunia. Perusahaan ini juga mencatatkan kinerja lingkungan yang kuat dengan meraih 18 penghargaan PROPER Emas sejak 2011 hingga 2025, sebagai bentuk pengakuan atas kepatuhan dan kinerja lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup.


Ke depan, pemanfaatan panas bumi diharapkan tidak hanya memperkuat bauran energi nasional, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar wilayah kerja. Dengan potensi besar yang dimiliki, panas bumi dinilai dapat menjadi salah satu pilar utama menuju Indonesia yang lebih mandiri secara energi dan lebih berkelanjutan secara lingkungan.

أحدث أقدم