MAKASSAR - PT Masmindo Dwi Area (MDA) sukses melaksanakan peledakan perdana (first blasting) secara terukur dan terkendali di wilayah Proyek Awak Mas, Desa Rante Balla, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, pada Senin (16/6/2025).
Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam proses pembentukan lahan untuk pembangunan fasilitas pabrik pengolahan (processing plant), sekaligus menandai dimulainya tahapan konstruksi Proyek Awak Mas.
Peledakan dilakukan secara terencana dengan pendekatan teknis ketat, mengacu pada standar keselamatan kerja dan regulasi yang berlaku, baik dari sisi penggunaan bahan peledak maupun metode pelaksanaannya.
Tak hanya memperhatikan aspek teknis, PT MDA juga mengedepankan pendekatan sosial melalui serangkaian sosialisasi kepada Pemerintah Kabupaten Luwu, Forkopimda, masyarakat lingkar tambang, serta Kedatuan Luwu sebagai representasi kearifan lokal dan budaya setempat.
Sekretaris Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sulawesi Selatan, Jemmy Abdullah, menyampaikan bahwa tidak semua proyek tambang memerlukan peledakan, tergantung pada kondisi geologi. Namun, dalam konteks Proyek Awak Mas, metode ini dinilai paling efisien untuk menghancurkan batuan keras sebagai bagian dari tahapan konstruksi maupun operasional penambangan.
“Peledakan ini merupakan bagian dari konstruksi dalam rangka pengembangan tambang. Ini akan mempercepat proses penambangan dan membuatnya lebih efisien,” ujar Jemmy kepada wartawan.
Ia menambahkan, kehadiran investasi seperti yang dilakukan PT MDA sangat penting bagi daerah, selama kegiatan operasional dilakukan sesuai prosedur dan aturan hukum yang berlaku.
“PT MDA bukanlah pemain kecil di sektor pertambangan. Investasi mereka diharapkan mendukung program pemerintah, terutama dalam upaya mengurangi angka pengangguran dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal,” katanya.
Lebih jauh, Jemmy menjelaskan bahwa investasi tambang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
“Selama operasional tambang berjalan sesuai ketentuan, tentu akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan asli daerah,” ucapnya.
Namun demikian, Jemmy menegaskan bahwa industri pertambangan merupakan sektor yang sensitif karena berpotensi mengubah bentang alam. Oleh karena itu, aspek lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja atau Health, Safety, and Environment (HSE) harus menjadi prioritas utama.
“Sektor ini tidak bisa dianggap remeh. Risiko lingkungan harus dimitigasi dengan manajemen yang terukur dan standar operasi yang ketat,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya uji coba peledakan awal untuk memastikan bahwa aktivitas serupa di masa mendatang dapat dilakukan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
“Jika ada potensi perubahan bentang alam atau gangguan, perusahaan wajib melakukan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sesuai prosedur,” imbuhnya.
Jemmy menutup dengan menegaskan bahwa keberhasilan sebuah operasi pertambangan tak hanya diukur dari sisi ekonomi, tetapi juga dari kemampuan perusahaan menjaga keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan, keselamatan kerja, dan manfaat sosial.
“Jika HSE terjamin, perusahaan dapat beroperasi dengan aman, masyarakat mendapat manfaat langsung, dan pemerintah bisa mendorong pembangunan mikro guna menekan angka kemiskinan serta meningkatkan pendapatan daerah,” pungkasnya.