Hari Anak Perempuan Internasional: Save the Children Serukan Pentingnya Kesetaran Hak Pendidikan Anak Perempuan

   

Seorang Ayah & Anak Perempuannya sedang bercerita hasil gambar yang dibuatnya

JAKARTAHari anak perempuan internasional yang diperingati setiap 11 Oktober, menjadi pengingat seluruh pihak tentang kesetaraan hak pada anak perempuan. 


Save the Children Indonesia  menyerukan pentingnya kesetaraan hak pendidikan khususnya pada anak perempuan. Beberapa fa-kta menunjukan bahwa anak perempuan masih rentan terhadap berbagai macam bentuk kekerasan termasuk perkawinan anak. 


Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2024 menyatakan bahwa terdapat 51,78% anak perempuan usia 13 – 17 tahun di Indonesia pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan atau lebih di sepanjang hidupnya.


 

Setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang berkualitas serta lingkungan yang aman,  Tantangan ekonomi dan krisis iklim  berdampak  langsung pada anak perempuan. Dua dari tiga  perkawinan anak terjadi di wilayah yang paling terdampak krisis iklim, dan anak perempuan yang kerap menjadi korban. Kita tidak bisa tinggal diam, langkah solutif dan kolaboratif harus dikuatkan,“ tegas Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Children Indonesia.


 

Data  Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2023, menunjukan bahwa partisipasi sekolah anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki laki, misalnya pada kelompok usia 16-18 tahun, sebanyak 75,01% untuk anak perempuan dan 71,9% untuk anak laki-laki. Akan tetapi jadi sebagian Kabupaten/Kota masih menjadi tantangan.

 

Di Sumba Barat, angka partisipasi sekolah anak perempuan di kelompok usia 7-12 tahun lebih rendah (93%) daripada anak laki-laki (95%). Hal yang sama terjadi di Surabaya untuk kelompok usia yang sama, angka anak perempuan (96%) lebih rendah daripada anak laki-laki (98%).

 

Tren yang berbeda namun bersentimen sama terlihat di Bandung. Angka partisipasi perempuan pada kelompok usia 7-12 tahun lebih tinggi dari anak laki-laki. Namun angka partisipasi kelompok usia 13-15 tahun untuk perempuan lebih rendah (85%) daripada laki-laki di (88%). Hal ini bisa mengindikasikan adanya penurunan prioritas untuk anak perempuan bersekolah ke jenjang lebih tinggi.

 

Sejak tahun 2018, Save the Children Indonesia bersama dengan Procter & Gamble (P&G) mengimplementasikan program We See Equal (WSE) di Jawa Barat, program ini bertujuan untuk membantu menghilangkan hambatan para anak perempuan dan laki-laki dalam meraih kesempatan pendidikan yang setara, serta memberdayakan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang setara, aman, dan positif gender. 


Salah satu inisiatif utama dari program ini adalah penerapan Modul Choices, yang dirancang untuk mengajarkan anak-anak konsep kesetaraan gender di sekolah.

 

Tidak hanya murid, program ini juga mengajak orang tua untuk mendukung kesetaraan dalam pengasuhan dan kesempatan pendidikan, serta mengatasi isu-isu seperti kekerasan, diskriminasi gender, dan perkawinan anak. Dengan peran aktif orang tua, diharapkan anak perempuan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang, belajar, dan mencapai potensi terbaik mereka, sama seperti anak laki-laki.


Hasil survei program We See Equal tahun 2023 kepada 300 murid di sekolah dampingan program menunjukkan bahwa 95% peserta memahami pentingnya kesetaraan pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan, sementara 94% peserta menyadari bahwa semua mata pelajaran di sekolah dapat dipelajari oleh semua anak tanpa pembedaan gender. Selain itu, Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan tahun 2024 menunjukkan bahwa peserta memiliki orientasi yang kuat untuk melanjutkan pendidikan, meningkatnya kepercayaan diri,  serta keberanian menyampaikan pendapat kepada orang dewasa.

 

Previous Post Next Post