Demi ke Sekolah, Pelajar SD di Luwu Seberangi Sungai Gunakan Gabus

  

LUWU  –  Pelajar SD dan SMP di Desa Barowa, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan gunakan gabus untuk menyeberang demi ke sekolah. 


Para pelajar tersebut yakni Andita, Sisa, Dirga, dan Abi pelajar SDN 478 Barowa serta Melani pelajar SMP Negeri 1 Bua. 


Melani Pelajar SMP Negeri 1 Bua lebih awal menyeberang karena akan mengikuti ujian sementara yang lain menunggu giliran.

 

Andita siswi kelas 5 SDN 478 Barowa memulai naik perahu gabus disusul Sisa, Dirga, dan Abi menyeberangi sungai dengan lebar 20 meter. Dengan bantuan seutas tali, mereka memegang dan menariknya untuk menyeberang.

 

Niat ingin menimba ilmu di sekolah mampu mengalahkan segala rasa takut yang bisa saja terjadi saat menyeberangi sungai apalagi hari ini ujian sekolah berlangsung, Andita dan kawan-kawan tak mau absen agar tidak ketinggalan ujian.

 

Kondisi air memang tenang, namun jika ada perahu yang lewat  penyeberangan terganggu dengan gelombang, belum lagi tangga yang hanya dari pohon bakau diberi balok untuk tempat kaki bertumpu  hal ini bisa membahayakan bagi warga terutama anak-anak.

 

“Sudah satu bulan tiap hari kami menyeberang disini karena jembatan rusak, kami sudah tidak takut karena sudah terbiasa,” kata Andita, saat dikonfirmasi, Senin (12/6/2023).

 

Andita dan rekan-rekannya berharap pemerintah membantu dibuatkan jembatan agar perjalanan mereka lancar.

 

“Kami harap pemerintah segera buatkan jembatan supaya bisa menyeberang,” harap Andita.

 

Usai menyeberangi sungai, hambatan lain yang dialami siswa adalah jalan yang kurang bagus dan melewati pematang tambak, jika hujan atau air pasang tinggi hal ini menjadi kendala bagi mereka.

 

“Kadang kami tidak ke sekolah karena jalan becek, kadang pula kami pasang alas kaki dengan tas kresek atau tas plastik sambil tenteng sepatu,” ucap Andita.

 

Menurut Muhlis (35), warga dusun Pabburicca, jembatan rusak sejak sebulan lalu dan belum diperbaiki sementara anak-anak mereka setiap hari harus ke sekolah begitupun warga.

 

“Kondisi mereka tidak aman, kadang terbalik, kalau ada perahu lewat ada ombak, biasa perahunya oleng-oleng,” ujar Muhlis.

 

Sementara Janwar (32) mengatakan warga Dusun Pabbiricca umumnya hidup sebagai nelayan dan petani tambak, untuk menuju ke pasar atau ke pusat keramaian  warga sebagian harus menyeberangi sungai, jika pagi hari perahu warga terpakai di laut sehingga di sungai tersebut tidak ada perahu untuk menyeberangkan anak.

 

“Perahu-perahu disini kalau subuh dini hari sekitar pukul 03.00 Wita dipakai untuk mencari nafkah di laut jadi kami balik pada siang hari sekitar pukul 10.00 Wita, jadi tidak ada perahu yang diharapkan untuk menyeberangkan anak-anak kami makanya kami siapkan gabus,” tutur Janwar.

 

Janwar mengatakan di daerah ini terdapat jalan alternatif hanya saja harus memutar   jauh sampai 2 kilo.

 

“Jadi kalau anak-anak kami mau ke sekolah lewat jalan alternatif jaraknya bisa sampai 3 kilometer karena harus melewati empang dulu di Dusun Campae Desa Padang Kalua, kemudian masuk ke Desa Barowa dan menuju ke Sekolah SDN 478 Barowa,” jelas Janwar.

 

Di dusun Pabburicca Desa Barowa terdapat 2 unit jembatan kayu  namun kondisi keduanya telah rusak dan belum ada perbaikan.

 

Sebelumnya Mastura, guru kelas Andita dan lainnya sempat heran karena Andita kerap terlambat bahkan absen beberapa waktu belakangan sehingga gurunya mencari tahu penyebabnya.

 

“Dalam tiga pekan ini setiap pekan siswi saya atas nama Andita 3 kali terlambat dalam sepekan dan bahkan tidak hadir padahal ini anak sebetulnya rajin, tidak pernah absen dalam hal belajar kalau belajarnya juga bagus, cuma saya mau tahu kenapa belakangan ini jarang hadir,” imbuh Mastura.

 

Mastura mengatakan di dalam group WhatsApp siswa alasannya Andita tidak ke sekolah karena bajunya basah dan jalan becek.

 

“Saya tidak serat merta percaya karena mengingat ujian akhir sudah dekat sehingga saya telpon ibunya dan ibunya mengatakan jalan becek, bajunya basah setelah saya cek terus temannya mengatakan bahwa Andita tidak masuk ke sekolah karena putus jembatan dia hanya naik gabus, sayapun heran kok bisa? ternyata ada siswa kami yang melewati jembatan kalau ke sekolah,” terang Mastura.

 

“Saya hubungi orang tuanya dan dia kirimkan video pembuktian jika Andita menyeberang naik gabus,” sambung Mastura.

    


Kepala Sekolah SDN 478 Barowa, Erniwati Hodding mengatakan kondisi yang dialami siswanya baru saja terjadi,  tetapi sejumlah siswa yang melewati jalan pematang sudah lama dan kadang menjadi kendala bagi siswa untuk ke sekolah.

 

“Siswa kami yang terpaksa gunakan gabus yakni Andita kelas 5, Sisa kelas 3, Dirga kelas 3 dan Abi kelas 2, adapun yang lainnya sekitar 10 orang melewati jalan pematang dengan kondisi jalan becek, begitupun mereka yang 4 orang ini juga melewati jalan becek,” tambah Erniwati.

 

Baik siswa, maupun warga dan pihak sekolah berharap jembatan dan akses jalan segera diperbaiki agar kesempaatn anak meraih pendidikan tidak terganjal infrastruktur.

Previous Post Next Post