Trauma, Korban Banjir Bandang Luwu Utara Sebut Hujan Lebih Horor Dari Covid-19

Luwu Utara, Inspirasitimur.com  – Warga kampung Lombo, Kelurahan Bone Tua, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan trauma dengan kejadian banjir yang dialami sejak sepekan terakhir yang mengakibatkan ribuan rumah terendam lumpur bercampur pasir dan puluhan warga meninggal dunia.

Rasa trauma itu muncul ketika terjadi hujan deras yang mengguyur Masamba seperti yang terjadi pada dua malam terakhir ini yang membuat warga sempat panik.

Menurut salah seorang warga kampung Lombo, Bidaniyah mengatakan setiap hujan turun kami sangat waspada meski kami berada di pengungsian.

“Kami takut di lokasi pengungsian, lebih horor ini hujan ketimbang covid-19, kami takut kalau dibilang hujan daripada itu corona,” kata Bidaniyah, Selasa (21/07/2020).

“Setelah habis hujan kami keluar melihat rumah kami yang masih terendam lumpur, airnya naik terus tidak ada surutnya,” tambah Bidaniyah.

Kepala Pelaksana BPBD Luwu Utara, Muslim Muchtar mengatakan beberapa hari terakhir masih terjadi hujan.

“Kami imbau masyarakat agar waspada dan berhati-hati dengan kondisi cuaca saat ini yang masih ekstrem lebih baik mengamankan diri di lokasi yang aman untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” ucap Muslim.

Muslim mengatakan pasca banjir bandang, perkampungan Lombo, Kelurahan Bone Tua air masih menggenang akibat adanya hujan yang turun pada Senin (20/07/2020) malam dan hingga saat ini masih menggenang.

“Jangankan hujan lebat, hujan sedikitpun air meluap ke rumah-rumah penduduk, nah meski demikian dengan limpahan air sebesar itu tidak berpengaruh besar lagi terhadap pengungdi,” tutur Muslim.

Kepala Seksi Operasi Kantor Basarnas Makassar, Rizal mengatakan korban banjir bandang meninggal dunia di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, hingga Senin (20/07/2020) pagi sudah ditemukan 38 orang, jumlah korban selamat sebanyak 1.590 orang dan warga hilang dalam pencarian sebanyak 9 orang.
   
Banjir Luwu Utara yang terjadi akibat meluapnya tiga sungai yakni Sungai Rongkong di Kecamatan Sabbang, Sungai Meli di Radda Kecamatan Baebunta dan Sungai Masamba di Kecamatan Masamba menurut Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah disebabkan karena faktor cuaca iklim yakni curah hujan tinggi.

“Daerah Aliran Sungai yang ada di Luwu Utara kalau dilihat dari kondisi air setiap hari diatas itu sangat terjaga, cuma memang hasil analisa melihat bahwa ada satu masalah di hulu dengan kelerengan yang curam tidak didukung dengan agregat tanah yang kompak,” ucap Nurdin.

Nurdin menyebut dengan kondisi itu kita bisa melihat bahwa tanah itu daya ikatnya sangat rendah, dan lempung berpasir.

“Dukungan yang sangat besar adalah curah hujan, tiga hari berturut-turut tanpa henticurah hujannya  antara 100 hingga 200 mm, jadi memang sangat tinggi, sehingga ini adalah pelajaran bagi kita semua. Yang harus dilakukan adalah normalisasi sungai, yang kedua harus kita memikirkan masyarakat yang hidup di bantaran sungai, yang ketiga aktivitas yang ada di atas hulu harus dievaluasi,” jelas Nurdin.

(srf)
Previous Post Next Post