LUWU
UTARA - Ditengah pandemi covid-19 dan tidak adanya jaringan
internet yang memadai membuat siswa di
daerah terpencil Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mengalami hambatan dalam
belajar, kondisi tersebut mengharuskan guru mengunjungi siswa di daerah agar
proses belajar mengajar berjalan, meski demikian protokol kesehatan covid-19
tetap dijalankan.
Seperti
yang dialami siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama di Desa Kalitata,
Kecamatan Malangke Barat, seorang guru harus
mengunjungi siswanya yang sedang berkumpul di kolong rumah salah satu warga
untuk menerima materi pelajaran.
Hal
ini dilakukan akibat kondisi jaringan internet di daerah tersebut tidak memadai
bahkan tidak ada sementara di tengah pandemi covid-19 mengharuskan siswa
belajar dari rumah secara daring begitupun dengan guru harus mengajar secara
daring.
Siswa
yang berada dalam satu lingkungan atau dusun, dikumpulkan untuk melakukan pembelajaran secara offline
dan tetap menerapkan protokol kesehatan covid-19 seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
Salah
seorang siswa SMP Negeri 2 Malangke Barat, Marsya mengatakan selama pandemi
covid-19 ia hanya belajar di rumah saja sambil menonton siaran pendidikan dari
stasiun TVRI.
“Jadi
selama lebih 2 bulan ini kami belajar sambil nonton TVRI sesuai arahan sekolah
kami, kami disini hanya mengandalkan siaran televisi karena mau belajar online
sangat susah karena jaringan internet tidak memadai, kadang ada kadang tidak
ada,” kata Marsya, siswi kelas VII SMP Negeri 2 Malangke Barat, saat
dikonfirmasi, Selasa (09/06/2020).
Marsya
mengatakan selama lebih dari 2 bulan ia rindu dengan teman-temannya dan guurnya
untuk bertemu secara langsung, beruntung Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Utara
membuat inovasi Guru Sahabat Siswa sehingga ia bisa bertemu.
“Saya
sangat kangen dengan teman, dengan guru dan pak Kepsek, kadang saya telepon
atau whats App tapi tidak masuk karena tidak ada signal, nah sekarang ini guru
kami yang datang pada kami dan memberikan pelajaran serta sosialisasi tentang
covid-19,” ucap Marsya.
Meski
dengan keterbatasannya, proses belajar mengajar tetap berlangsung dan di tempat yang sederhana, bahkan seorang guru untuk mencapai lokasi
mengajar dari rumahnya menempuh perjalanan satu hingga dua kilometer dengan berjalan kaki melewati jalan becek dan
berlumpur.
Dalam
seminggu seorang guru mengunjungi siswanya hingga dua kali, tak peduli dengan kondisi
cuaca hujan maupun terik matahari, harus mendatangi siswa guna mencerdaskan anak
bangsa di tengah pandemi covid-19. Kegiatan
mengajar dengan mengunjungi siswa di tengah pandemi covid-19 ini dinamakan Guru
Sahabat Siswa.
“Seminggu
kami temui anak-anak didik yang berada satu dusun untuk diberi mata pelajaran,
dan itu sudah dijadwalkan, karena disini untuk belajar secara daring sangat
susah, susah terhubung dengan siswa, signal buruk kadang bagus tapi hanya
sebentar lebih banyak buruknya,” ujar Andi Sitti Hanifah, guru SMP Negeri 2 Malangke
Barat.
Kepala
Dinas Pendidikan Luwu Utara, Jasrum mengatakan kondisi pandemi yang cukup panjang
membuat pemerinta pusat mengarahkan siswa untuk belajar dari rumah dengan cara
menonton siaran penddikan melalui stasiun TVRI, selain itu pihaknya juga
membuat program dengan mendatangi siswa di kampung yang disebut Gurus Sahabat
Siswa.
“Dalam
program ini guru mengumpulkan siswa atau murid sebanyak 5 sampai 10 orang
dengan maksud anak-anak bisa belajar dan bercengkeramah atau berinteraksi
dengan gurunya yang selama ini kurang lebih 2 bulan, tentu murid merindukan
guru begitupun sebaliknya, sehingga tidak ada kejenuhan,” sebut Jasrum.
Bupati
Luwu Utara Indah Putri Indriani, mengatakan dengan terobosan Dinas pendidikan
Luwu Utara, seperti Guru Sahabat Siswa, kami pemerintah Kabupaten mengapresiasi
karena hal ini memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan terutama untuk anak-anak
atau siswa-siswi yang berada di daerah-daerah remove area atau daerah terpencil
yang belum terakses dengan jaringan telekomunikasi.
“Disatu
sisi pandemi covid-19 ini memaksa kita untuk beradaptasi dengan kondisi tetapi
untuk siswa diketahui bahwa sampai hari ini memang sistem pembelajaran masih dilakukan
dari rumah nah dengan program Guru Sahabat Siswa ini perlu didukung termasuk
penganggaran,” tutur Indah.
Terkait
dengan kondisi jaringan internet yang masih belum ada di sebagian daerah, Indah
mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak kementerian.
“Jauh
sebelum pandemi covid-19, kami telah mengusulkan bahkan telah bersurat ke
Presiden untuk meminta adanya jaringan telekomunikasi khususnya di beberapa
daerah remove area di Kabupaten Luwu Utara, karena terus terang saja selain
akses transportasi darat, hari ini yang paling diharapkan masyarakat kita
adalah akses transportasi udara dalam hal ini jaringan telekomunikasi,” papar
Indah.
Indah
menambahkan bahwa pandemi covid-19 memaksa setiap manusia untuk menyederhanakan
kehidupan bagaimana memudahkan interaksi diantara satu sama lain termasuk
interaksi ekonomi dengan memanfaatkan telekomunikasi.
“Tentu
hal ini tidak bisa dilakukan jika jaringan atau aksesnya tidak tersedia dan
kami beberapa waktu lalu mendapatkan informasi bahwa melalui Kementerian
Komunikasi pemerintah telah berupaya untuk memastikan seluruh wilayah di
Indonesia tidak ada lagi wilayah yang tidak terakses jaringan komunikasi
internet, tentu kita berharap ini bukan hanya komitmen tetapi dapat segera
direalisasikan dan realisasinya diharapkan tidak dalam waktu yang lama karena
sekali lagi kita tidak tahu pandemi ini kapan berakhir, kapan kita bisa normal
kembali tapi yang ada adalah kita melakukan adaptasi dan ini harus didukung
jaringan komunikasi,” tutur Indah.