TANA TORAJA – Delapan dekade setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, akses infrastruktur di sejumlah wilayah pelosok tampaknya belum merdeka. Di Kecamatan Simbuang dan Mappak, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, warga masih harus menandu jenazah secara bergantian sejauh puluhan kilometer akibat jalan yang rusak parah.
Peristiwa ini kembali mencuat ke
publik setelah sebuah video viral memperlihatkan warga yang menandu peti
jenazah melintasi jalan berlumpur dan tak layak dilalui kendaraan. Kejadian
tersebut berlangsung beberapa hari lalu dan hingga Kamis
(7/8/2025) sore masih menjadi sorotan karena menggambarkan ironi pembangunan
infrastruktur di tengah usia kemerdekaan Indonesia yang telah menginjak 80
tahun.
Akses
Jalan Seperti Kubangan Kerbau
Jalan yang menghubungkan Kecamatan
Mappak dan Simbuang selama ini memang kerap menjadi keluhan warga. Kondisinya
yang mirip kubangan kerbau, terutama saat musim hujan, membuat kendaraan tak
dapat melintas. Ambulans yang membawa jenazah dari Kota Makassar pun terpaksa
berhenti di tengah jalan.
"Jalan yang ditempuh masyarakat
untuk menandu jenazah ini kurang lebih 20 kilometer. Hal itu diakibatkan karena
ambulans dari Makassar yang membawa jenazah tidak mampu tembus melalui akses
yang begitu parah jalannya," kata Demiaus
Toglo Arrian, tokoh pemuda Simbuang-Mappak, Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, ini bukan kali pertama
warga harus menandu jenazah. Tercatat setidaknya tiga kejadian
serupa terjadi. Ia menyebut situasi ini sebagai "darurat
infrastruktur" dan mendesak pemerintah untuk segera bertindak.
"Kami berharap pemerintah
daerah, provinsi dan pusat bisa langsung turun tangan agar bisa memprioritaskan
pembangunan yang ada di Kecamatan Simbuang dan Mappak," ucap Demiaus.
Akses
Penting Antar Kabupaten
Jalur Simbuang-Mappak merupakan
jalur vital yang menghubungkan Kabupaten Tana Toraja dengan Kabupaten Pinrang Sulawesi
Selatan dan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Meski demikian, statusnya
sebagai jalan provinsi kerap membuat perbaikan terhambat oleh koordinasi lintas
pemerintah.
Bupati Tana Toraja, Zadrak Tombeg,
mengakui bahwa jalan tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan. Meski demikian, pihaknya telah berupaya menyuarakan aspirasi
masyarakat kepada pemerintah provinsi maupun DPRD Sulsel.
"Masalah ini adalah masalah
jalan. Kita ketahui bersama bahwa Simbuang – Mappak itu adalah jalur dari
provinsi. Kami di pemerintah kabupaten sudah bersurat secara resmi ke Gubernur
Sulsel dan DPRD Provinsi agar ini bisa menjadi perhatian karena memang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat," ujar Zadrak.
Ia menambahkan, dalam kondisi
darurat seperti bencana atau kematian warga, pihaknya kerap turun langsung
memfasilitasi akses darurat.
“Kalau ada bencana atau kondisi
mendesak, kami hadir sebisanya memfasilitasi agar akses masyarakat tetap
terbuka, meski itu bukan jalan kabupaten,” tuturnya.
Harapan
dan Realita Pembangunan
Peristiwa ini menjadi simbol yang
menyakitkan dari ketimpangan pembangunan di Indonesia. Sementara sejumlah
wilayah di Jawa dan kota besar telah menikmati jalan tol dan jalur kereta
cepat, sebagian warga di pegunungan Sulawesi masih harus menggotong jenazah
melewati jalan berlumpur.
Delapan puluh tahun setelah
proklamasi kemerdekaan, pembangunan infrastruktur yang merata masih menjadi
pekerjaan rumah besar bagi pemerintah pusat dan daerah.
Warga Simbuang-Mappak berharap agar
momentum usia ke-80 Republik Indonesia tidak sekadar dirayakan dengan upacara
dan bendera, tapi diwujudkan dalam bentuk nyata: jalan yang layak, pelayanan
dasar yang merata, dan kehidupan yang lebih bermartabat.