LUWU - Komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup terus ditunjukkan oleh PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS), anak perusahaan Kalla Group yang bergerak di sektor pengolahan mineral. Beroperasi di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, PT BMS meluncurkan inovasi baru dalam pemanfaatan limbah industri dengan mengolah slag nikel menjadi paving blok bernilai guna tinggi.
Slag nikel merupakan sisa hasil proses pemurnian nikel di
fasilitas smelter dan perlu ditangani dengan baik agar tidak menumpuk. Di
tangan PT BMS, slag tersebut justru menjadi bahan baku alternatif yang
mendukung prinsip circular economy atau ekonomi sirkular.
"Inisiatif ini merupakan bagian dari tanggung jawab
kami terhadap lingkungan. Slag nikel yang sebelumnya dianggap limbah, kini kami
olah kembali menjadi produk konstruksi yang kuat, tahan lama, dan ramah
lingkungan," kata Smelting Plant Project Manager PT BMS, M. Aldin Djapari,
dalam keterangannya.
Menurut Aldin, proses pengolahan slag dilakukan melalui
rekayasa material yang menggabungkan teknologi sederhana dengan prinsip
keberlanjutan. Paving blok hasil produksi akan dimanfaatkan di dalam area
industri, seperti jalan internal dan fasilitas perusahaan.
“Selain itu, sebagian produk juga direncanakan untuk
didistribusikan ke masyarakat sekitar sebagai bentuk kontribusi perusahaan
terhadap pembangunan infrastruktur publik, seperti trotoar, halaman sekolah, atau
ruang terbuka hijau,” ucapnya.
"Langkah ini tak hanya mengurangi volume limbah
industri, tapi juga menjadi solusi konkret atas tantangan pengelolaan limbah di
industri smelter," tambahnya.
Salah satu contoh nyata pemanfaatan limbah slag nikel
terlihat langsung di Desa Bukit Harapan, lokasi operasional PT BMS. Di desa
ini, slag nikel digunakan sebagai material utama untuk pembangunan jalan desa.
Material slag yang telah melalui proses pemadatan digunakan untuk membangun
jalan penghubung antardusun, sehingga lebih kuat, tahan lama, serta dapat
mengurangi beban penggunaan material alam seperti batu dan pasir dari sumber
daya lokal.
“Pemanfaatan slag nikel untuk jalan desa tidak hanya
menghemat anggaran pembangunan, tapi juga memperpanjang umur jalan dan mengurangi
ketergantungan terhadap material tambang konvensional,” ujar Aldin.
Program daur ulang slag ini juga diharapkan dapat
mengurangi volume limbah industri yang selama ini menjadi tantangan dalam
operasional smelter. Dengan mengubah limbah menjadi sumber daya baru,
perusahaan berhasil menekan potensi pencemaran lingkungan dan sekaligus
berkontribusi pada pembangunan daerah.
Langkah ini menambah daftar inisiatif ramah lingkungan PT
BMS yang sejak awal beroperasi telah mengedepankan prinsip-prinsip ESG (Environmental,
Social, and Governance). Selain pemanfaatan slag, perusahaan juga terus
meningkatkan efisiensi energi, mengurangi emisi karbon, serta memperkuat
kemitraan dengan masyarakat sekitar melalui berbagai program sosial dan
ekonomi.
Dengan pendekatan semacam ini, PT BMS tidak hanya
mencetak produk dari mineral bumi, tetapi juga meletakkan fondasi bagi masa
depan yang lebih bersih, berkelanjutan, dan bersinergi dengan masyarakat lokal.