Bangun Smelter di Luwu, Jusuf Kalla Jelaskan Tidak Menggusur Lahan Warga Tapi Dibeli

 
LUWU – Kalla Group membangun smelter nikel di yang tengah dalam pengerjaan PT Bumi Mineral Sulawesi  (BMS) yang  berlokasi di Desa Karang-karangan, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.


Kehadiran Jusuf Kalla (JK) saat meninjau Smelter dan pembangunan pelabuhan Jetty sempat menyinggung soal penimbunan lahan yang diklaim oleh warga sebagai miliknya.


Menurut JK mereka tidak pernah menggusur warga saat perusahaannya membangun smelter, justeru JK mengakui pihaknya sudah membeli tanah masyarakat sejak 2016 lalu.


“Seperti yang anda tahu ada beberapa yang demo itu prosesnya semua aman, itu lahan sudah dibeli tahun 2016 berarti sudah 7 tahun,” kata Jusuf Kalla.


“Yang mendemo itu yah tentu kita  hargai, kita beda dengan yang di daerah lain, kita tidak digusur tapi memang dibeli, Cuma karena pembangunan pabrik bertahap belum dipakai nah sekarang sudah mau dipakai karena kita sekarang menuju ke pembangunan pabrik yang kedua,” tambah JK.


Jusuf Kalla saat mengunjungi pembangunan Smelter nikel dan pelabuhan Jetty (dermaga) mengatakan bahwa Smelter yang dibangunnya dibawah pengerjaan PT BMS dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dibangun sesuai kaidah lingkungan yang minim polusi dan dikerjakan oleh sumberdaya manusia pribumi  sebagai kebanggan indonesia dengan konsep green energi.

 

“Disinilah yang paling lengkap di seluruh Indonesia, pembangkitnya PLTA green energi, prosesnya juga green energi, jadi ini cocok untuk kemajuan Indonesia dan bersih,” kata Jusuf Kalla saat dikonfirmasi, Jumat (15/09/2023) sore.

 

Menurut Jusuf Kalla smelter yang dibangunnya berbeda dengan smelter lainnya di Indonesia salah satunya yakni tidak menggunakan cerobong asap baik di listriknya maupun di pabriknya.

 

“Negara lain kalau pembangkitnya menggunakan batu bara tidak mau mereka mengambil ke kita, jadi disini satu-satunya di Indonesia proses awal hingga akhir menggunakan proses hijau, cari dimana-mana di Indonesia pasti tidak ada, itulah kelebihan disini,” ucap Jusuf Kalla.

 

Jusuf Kalla mengatakan, prinsip pokok membangun Smelter di Luwu adalah bagaimana membangun daerah dari menjual bahan baku ke industrinya.

 

“Kita menghindari bahwa kekayaan alam Indonesia itu semua lari keluar, harus dikelola disini dan milik kita semua, pengusaha daerah dan juga insinyur-insinyur semua anak-anak daerah semua, Ini membuktikan bahwa Indonesia mampu membuat suatu industri,” ujar Jusuf Kalla.

 

Smelter nikel ini pengerjaannya mencapai  70 persen  yang akan beroperasi bulan November mendatang.

 

“Kapasitas produksi 33 ribu ton nikel per tahun, diperkirakan pembangunan pabrik ini akan selesai pada Juli 2024 dengan kapasitas produksi sebesar 31.400 ton nikel per tahun dengan menelan investasi Rp 3,2 triliun,” tutur Jusuf Kalla.

Previous Post Next Post