Masjid Jami Tua Palopo Dibangun Tahun 1604, Jadi Simbol Toleransi dan Keragaman


PALOPO – Masjid Jami Tua Palopo yang berada di tengah pusat Tana Luwu, Kota Palopo Sulawesi Selatan memiliki keunikan dan makna tersendiri. 

Usman Abdul Malla selaku Humas Masjid Jami Tua Palopo, menjelaskan bahwa berdirinya Masjid Jami Palopo pada Tahun 1604 Masehi, saat itu datanglah seorang ulama besar dari Sumatera Barat, yakni Datu Sulaeman dan bertemu dengan Datu ke -15 di Luwu yakni La Patiware. 

“Di zaman itu pula datang seorang Aksitektur dari Vietnam yang bernama Pung Mante dan  dibangunlah Masjid Jami pada zaman itu. Masjid Jami ini dibangun di Tanah Ware yang artinya masjid ini dibangun ditengah pusat Tana Luwu,” jelasnya.


Pada Tahun 1604 Masjid Jami tersebut telah selesai pembangunan dengan cara bergotong-royong, dimana batuan yang digunakan pembangunan masjid tertua ini diperoleh dari pengunangan dan diberi nama masjid jami yang artinya berjamaah. 

“Batuan yang digunakan ini diangkut oleh kuda, karena pada zaman itu hanya kuda sebagai kendaraan yang digunakan. Jadi dibangun masjid ini dengan luas 14x14 meter. Selain itu dalam menyusun batuan pembangunan masjid tersebut dieratkan dengan putih telur,” ungkap Usman, saat di konfirmasi, Sabtu (17/4/2021).

Selain itu, kata Usman, dari segi ukuran bantuan dalam pembangunan masjid ini berbeda-beda ukuran yang mana memiliki arti tersendiri dan juga memiliki banyak filosopi lainnya. 


“Filosopinya yakni dimana ukuran batu yang berbeda tersebut menjadi tanda pemersatu untuk menguatkan Islam. Masjid ini memiliki satu pintu yang menandakan bahwa kita hanya menyembah satu yaitu Allah SWT, masjid ini memiki 5 tiang yang artinya 5 rukun islam,” tuturnya. 

Tak hanya itu, masjid ini juga memiliki jendela dimana disebelah selatan ada 7 jendela dan sebelah utara 7 dan 6 di sebelah timur dengan jumlah 20 yang memiliki makna 20 sifat Allah dimana kita diberikan 13 dan 7 yang dirahasiakan. 

“12 pentilasi yang artinya 1 tahun 12 bulan. Selain itu, pentilasi yang berbentuk penyu (kura-kura dimaknai sifat penyu yaitu dia tidak sombong). Atap Masjid Jami ini tersusun 3 yang bermakna yaitu Syariat, Ma’rifat dan Hakikat,” katanya.


Lebih lanjut, tiang utama masjid ini sangat berukuran besar dengan panjang 9 meter yang kini di tengah berdiding kaca yang disebut Palopoi. Sehingga nama Kota Palopo berasal dari pembangunan Masjid Jami tersebut. 

“Tiang kayu ini yaitu kayu cinga duri. Sementara satu jendela memiliki 5 tiang yang artinya 5 kali shalat dalam sehari hari semalam dan masjid ini juga berbeda dengan masjid pada umumnya,” ungkapnya. 

Diketahui, masjid ini juga menjadi salah satu kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, namun dikarenakan adanya pandemi Covid-19 sehingga wisatawan mancanegara tidak ada lagi yang datang. (*)
Previous Post Next Post