Di jantung Kota Palopo berdiri sebuah bangunan megah yang selama bertahun-tahun menjadi ikon baru di kota berjuluk “Kota Idaman”. Hotel Platinum Palopo, dengan fasad modern dan ballroom besar, bukan hanya tempat singgah bagi para pelancong, tetapi juga simbol berkembangnya industri perhotelan di wilayah Luwu Raya.
Sejak awal kemunculannya, bangunan ini kerap menjadi perbincangan. Warga kota menyebut hotel ini sebagai “bangunan dengan takdir unik” karena perjalanan panjangnya yang diwarnai ambisi besar, dinamika bisnis, hingga sengketa yang berlarut-larut. Di balik keramaian tamu dan kemewahan lobi, masyarakat memegang cerita yang kemudian dikenal sebagai “Legenda Hotel Platinum”.
Menurut kisah yang berkembang, lokasi berdirinya hotel ini dahulu merupakan lahan yang berkali-kali berpindah tangan, dibayangi tarik ulur kepentingan antara para pengusaha dan pemilik modal. Saat pembangunan dimulai, banyak warga bertanya-tanya mengapa sebuah hotel besar tiba-tiba tumbuh di kota yang sebelumnya jarang menjadi tujuan utama investasi properti berkelas. Pembangunannya pun tidak berjalan mulus, sering tertunda, diselimuti isu perselisihan bisnis, hingga membawa kesan bahwa bangunan itu memiliki perjalanan yang tidak sederhana.
Ketika akhirnya resmi beroperasi, Hotel Platinum menjelma menjadi pusat berbagai aktivitas besar kota. Resepsi mewah, pertemuan bisnis penting, hingga acara pemerintahan digelar di dalam ballroom-nya yang luas. Para tamu dari berbagai daerah datang silih berganti, termasuk sejumlah tokoh nasional. Salah satu yang pernah datang di hotel ini adalah Sandiaga Salahuddin Uno.
Pada kunjungannya ke Palopo pada April 2019, Sandiaga yang saat itu tengah melakukan kegiatan politik, tiba di hotel ini dan menjadikannya titik singgah sebelum bertemu masyarakat. Kehadirannya mencuri perhatian warga. Banyak yang menunggu di sekitar hotel hanya untuk melihat kedatangannya. Momen itu mempertegas posisi Hotel Platinum sebagai salah satu tempat yang selalu menjadi pilihan tamu penting ketika berada di Palopo.
Bagi masyarakat, fakta bahwa tokoh nasional seperti Sandiaga Uno pernah menginap di sana turut menambah lapisan cerita pada legenda hotel ini. Hotel itu tidak lagi sekadar bangunan bertingkat, tetapi ruang yang menyimpan rekam jejak pertemuan, rencana besar, dan momen-momen penting yang terjadi di kota kecil yang sedang bertumbuh.
Namun seiring waktu, bayang-bayang sengketa kembali muncul dan menjadi babak baru dalam perjalanan hotel ini. Proses hukum yang panjang berujung pada eksekusi yang dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri Palopo. Pada hari eksekusi Senin (8/12/2025), bangunan yang dulu dipenuhi tamu tampak berbeda, ramai oleh petugas, aparat keamanan, barang-barang yang dipindahkan, serta tatapan warga yang datang menyaksikan langsung kelanjutan kisah panjang hotel tersebut.
Eksekusi itu seakan menjadi titik koma dalam legenda Hotel Platinum. Bukan akhir, tetapi penanda bahwa bangunan ini memasuki babak baru yang belum pernah terbayangkan. Banyak yang bertanya: apakah hotel ini akan kembali beroperasi? Berubah fungsi? Atau terus menjadi monumen diam dari kisah panjang sengketa di Palopo?
Yang jelas, Hotel Platinum Palopo kini telah menjadi bagian dari ingatan kolektif kota. Ia bukan hanya bangunan fisik, tetapi simbol dari perjalanan panjang Palopo: tentang harapan, kemegahan, perselisihan, kedatangan tokoh besar, hingga misteri yang menyertainya.
Legenda itu terus hidup, karena bangunan yang besar selalu menyimpan cerita yang lebih besar di dalamnya.
