PALOPO – Sebuah video memperlihatkan aksi pengeroyokan terhadap seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, viral di media sosial dan memicu perhatian publik.
Video berdurasi sekitar 30 detik
yang diunggah akun Instagram @palopo_info
itu menunjukkan seorang pelajar berseragam sekolah dikeroyok sejumlah rekan
sebayanya di area yang tampak seperti lingkungan sekolah.
Korban yang mengenakan seragam putih
biru sempat terjatuh setelah dipukul bertubi-tubi. Dalam rekaman, salah satu pelaku
tampak menarik korban sambil berkata, “berdiri ko cepat,” sebelum kembali
melakukan pemukulan bersama pelaku lainnya.
Peristiwa tersebut mendapat banyak
tanggapan dari warganet. Sebagian besar mengecam aksi kekerasan antarsiswa itu
dan meminta agar pihak sekolah serta aparat penegak hukum menindaklanjuti kasus
tersebut agar tidak terulang.
Korban diketahui merupakan pelajar SMP Negeri 13 Kambo, Kecamatan Mungkajang, Kota Palopo.
Orang
Tua Korban Akan Tempuh Jalur Hukum
Ibu korban, Pina, menyampaikan kekecewaannya atas insiden yang menimpa
anaknya. Ia mengaku mengetahui kejadian itu setelah mendapat kiriman video dan
informasi dari orang tua siswa lain.
“Saya kaget begitu tahu anak saya
dikeroyok. Saya lagi di Samarinda saat itu, dan baru dapat kabar dari orang tua
lain,” kata Pina saat dihubungi, Kamis (9/10/2025).
Menurutnya, ia belum mengetahui
secara pasti penyebab anaknya dikeroyok rekan-rekannya. Namun, berdasarkan
informasi yang ia terima, pengeroyokan itu diduga telah direncanakan
sebelumnya.
“Saya kurang tahu penyebabnya. Tapi
saya dengar dari orang lain, mereka memang sudah ada rencana untuk keroyok anak
saya,” ucapnya.
Pina mengaku telah berkoordinasi
dengan pihak keluarga di Palopo untuk menempuh jalur hukum.
“Saya tempuh jalur hukum dan pastikan anak yang mengeroyok anak saya diproses
dan dinonaktifkan dari sekolah,” ujarnya.
Akibat kejadian tersebut, korban
mengalami luka di beberapa bagian tubuh.
“Banyak luka, semua fisiknya kena.
Sampai sekarang anak saya masih istirahat di rumah,” tambahnya.
Sekolah
Lakukan Mediasi
Menanggapi peristiwa tersebut, Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Kambo, Suwarnita
Sago Gani, mengatakan pihaknya telah mengambil langkah cepat dengan
menggelar pertemuan dan mediasi antara para pihak.
Menurut Suwarnita, mediasi digelar
dengan melibatkan aparat dan unsur masyarakat, seperti Babinsa, Bhabinkamtibmas, pemerintah kelurahan, serta perwakilan keluarga
korban dan pelaku.
“Kami sudah mediasi. Namun, karena orang tua korban masih di luar daerah, yang
hadir kemarin hanya kakek dan tantenya. Jadi belum bisa diambil keputusan
akhir,” tutur Suwarnita.
Ia menambahkan, pihak sekolah
bersama aparat dan keluarga berharap persoalan ini bisa diselesaikan secara
baik tanpa memperpanjang konflik.
“Pihak korban awalnya ingin menempuh jalur hukum. Tapi kami menyampaikan untuk
didiskusikan dulu, karena mereka ini masih anak-anak. Kami ingin sama-sama
menyelamatkan masa depan mereka,” imbuhnya.
Pendekatan
Restoratif
Suwarnita menegaskan bahwa sekolah
tidak menutup mata terhadap tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan. Namun,
langkah penyelesaian juga diupayakan agar memberikan pembelajaran bagi semua
pihak, bukan hanya hukuman.
“Kasus seperti ini tentu kami
tindaklanjuti. Tapi kami juga ingin anak-anak belajar bertanggung jawab dan
memahami bahwa kekerasan bukan cara menyelesaikan masalah,” jelasnya.
Menurutnya, pendekatan restoratif
(pemulihan hubungan sosial) menjadi salah satu jalan agar pelaku dan korban
sama-sama bisa kembali belajar dengan baik.
“Kami akan mempertemukan lagi keluarga korban dan pelaku bersama aparat untuk
membicarakan langkah selanjutnya. Apa pun hasilnya nanti, yang penting adalah
ada kesepakatan yang adil bagi kedua pihak,” terangnya.
Suwarnita menyebut, ada tiga siswa
yang terlibat dalam pengeroyokan tersebut.
“Kondisi korban kemarin sempat kami lihat memar di pelipis dan merasa pusing.
Tapi kami tetap pantau kesehatannya,”ungkapnya.
Pengawasan
Diperketat
Pascakejadian, pihak sekolah
memperketat pengawasan terhadap seluruh siswa, terutama mereka yang terlibat
dalam peristiwa tersebut.
“Sejak kemarin, kami pantau terus anak-anak. Korban kami istirahatkan dulu,
sementara pelaku tetap datang ke sekolah dan kami awasi secara ketat,” tutur
Suwarnita.
Ia juga mengimbau orang tua untuk
ikut mengawasi aktivitas anak-anak mereka di luar jam sekolah.
“Kami sampaikan ke orang tua agar
anak-anak tidak keluar malam atau bergaul sembarangan. Ini masa sensitif, jadi
pengawasan harus bersama-sama,” ucapnya.
Harapan
untuk Kedamaian
Kasus ini menjadi pengingat bagi
semua pihak akan pentingnya peran orang tua, guru, dan lingkungan dalam
membentuk karakter anak. Pihak sekolah berharap insiden tersebut dapat menjadi
pelajaran bersama agar kekerasan di kalangan pelajar tidak terulang.
“Tujuan kami bukan mencari siapa yang salah, tapi bagaimana semua bisa belajar dari kejadian ini. Kami ingin anak-anak berdamai, kembali berteman, dan fokus ke masa depan mereka,” pungkas Suwarnita.