Di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, khususnya Luwu Raya, musim panen selalu ditandai oleh satu aroma khas yang menyebar dari kebun hingga ke pinggir jalan: mangga macan. Disebut “macan” karena kulitnya memiliki corak loreng alami berwarna hijau, kuning, hingga kemerahan, mirip garis-garis pada bulu harimau. Corak inilah yang membuatnya mudah dikenali, bahkan sebelum matang sempurna.
Mangga macan bukan sekadar buah musiman, tetapi bagian dari tradisi banyak petani. Pohonnya yang tumbuh kuat di pekarangan dan area kebun menjadi sumber penghasilan tambahan setiap kali panen raya tiba. Rasanya manis segar, dengan sedikit asam di bagian tengah, membuatnya disukai mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Teksturnya padat namun lembut, cocok dimakan langsung atau diolah menjadi jus dan sambal buah.
Di pasar-pasar tradisional Palopo, Belopa, hingga Walenrang, mangga macan kerap menjadi rebutan. Saat musimnya memuncak, bakul-bakul buah memenuhi lapak dengan warna mencolok yang menggoda mata. Tidak jarang, pembeli sengaja datang dari daerah lain hanya untuk mencari mangga ini, karena kualitasnya terkenal lebih harum dan tahan lama dibanding jenis mangga lainnya.
Bagi petani, mangga macan adalah simbol berkah musim. Setiap karung yang terjual membawa harapan baru untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara bagi masyarakat, kehadirannya selalu menjadi pengingat bahwa musim hujan sebentar lagi tiba, sebuah siklus alam yang terus berulang dari tahun ke tahun.
Mangga macan bukan hanya buah, tetapi cerita tentang tanah, musim, dan kehidupan masyarakat di Luwu Raya.
Tatanama / Botanical Mangga Macan
Nama umum: Mangga Macan
Nama lokal: Mangga Loreng / Mangga Harimau (beberapa daerah)
Spesies: Mangifera indica
Familia: Anacardiaceae
Ordo: Sapindales
Genus: Mangifera
Nama ilmiah lengkap: Mangifera indica L.
Cultivar (varietas): Mangga Macan (cultivar lokal – belum memiliki nama kultivar resmi secara internasional)
Mangga macan bukan spesies berbeda, melainkan kultivar atau varietas lokal dari Mangifera indica. Ciri khasnya adalah kulit yang tampak “loreng” seperti macan dan aroma yang lebih kuat dibanding mangga jenis lain.
Deskripsi Morfologi Mangga Macan
1. Pohon
Tinggi dapat mencapai 10–25 meter.
Tajuk pohon membulat dan rindang dengan cabang menyebar.
Batang berkayu keras, warna cokelat keabu-abuan, dengan tekstur retak halus.
2. Daun
Jenis daun: tunggal, bertipe helai memanjang (lanset).
Ukuran sepanjang 15–35 cm.
Warna hijau tua, permukaan licin dan mengilap.
Pertulangan daun menyirip, khas genus Mangifera.
3. Bunga
Bentuk malai panjang berwarna krem kemerahan.
Ukuran bunga kecil, beraroma lembut.
Bersifat poligam, artinya terdapat bunga jantan dan bunga sempurna dalam satu rangkaian.
4. Buah (ciri khas mangga macan)
Ukuran buah sedang hingga besar, bentuk lonjong membulat.
Kulit memiliki corak loreng berwarna hijau, kuning, hingga kemerahan, inilah asal nama “mangga macan”.
Daging buah berwarna kuning cerah, tebal, dan berserat halus.
Rasa manis segar dengan sedikit asam, aroma kuat.
Bijinya besar dan pipih seperti jenis mangga lain.
5. Musim Berbuah
Umumnya berbuah pada akhir musim kemarau hingga awal musim hujan (September–Desember).
Di beberapa daerah dapat berbuah dua kali setahun jika kondisi iklim mendukung.
Sebaran & Ekologi
Mangga macan banyak ditemukan di wilayah:
Sulawesi Selatan (Palopo, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur)
Beberapa daerah di Indonesia bagian timur sebagai kultivar lokal.
Tumbuh baik pada ketinggian 0–600 mdpl, dengan tanah gembur dan intensitas sinar matahari penuh.
